Di kala senja menyapa. Mentari seakan malu menampakkan sinarnya. Dan kini aku sedang melamun memikirkan dia yang telah pergi. Kemanakah dikau sang pujaan? Dapatkah kau kembali lagi dan menemani di sisiku? Kata-kata itu terus terlontarkan dari batinku. Semakin menyiksa hati yang telah rapuh ini. Dan seakan alam pun tau gundahnya hati yang kualami. Angin pun berhembus semakin kencang. Daun-daun berguguran dari ranting-ranting kecilnya
Tahukah engkau wahai alam, dia telah meninggalkanku tanpa pesan. Ku tak tahu kemana harus mencari. Apakah dia marah wahai alam? Apakah dia bosan kepadaku? Teringat kala itu, dia menyanjungku penuh kasih sayang. Lewat gerak bibirnya, ku tahu saat itu dia mengucapkan janji-janji manis. Janji yang dapat membawaku terbang melayang jauh. Janji yang juga dapat membawaku terlelap dalam mimpi indah. Kemanakah kau wahai pujaan? Aku rindu suara indahmu. Aku rindu akan leluconmu. Bisakah kau mendengar suara hatiku kini?
"Kumohon kalaupun pada akhirnya kita tidak bersama, bisakah kita tetap menjadi teman biasa?"
Aku rela kau anggap aku teman layaknya spongebob dan patrick. Saling melengkapi dan saling menemani kala suka maupun duka. Walaupun tak mungkin, aku menggapaimu lagi. Karena keberadaanmu kini telah hilang dari penglihatanku. Hanya bayang-bayang wajahmu yang bisa kulihat. Dan kini matahari mulai terlelap. Ku langkahkan kaki menuju gubug mungilku. Ku sandarkan tubuh ini pada tembok yang penuh coretan namamu. Dan kuucap "Terimakasih alam kau telah setia mendengarkan secuil corehan hatiku sore ini"
From : Ihda