BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pembelajaran tidak
terjadi melalui “sihir”! Melainkan terdapat keputusan penting yang harus dibuat
guru untuk menjamin pembelajaran ketika memadukan teknologi dan media ke dalam
sebuah mata pelajaran. Belajar merupakan pengembangan pengetahuan, keterampilan
atau sikap baru ketika seorang berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru
atau merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang
dinilai lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain, strategi mengajar adalah
politik atau taktik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Strategi pengajaran yang terencana baik yang menyertakan teknologi
dan media meningkatkan belajar, terlepas dari bidang studi, pembelajar, atau
lingkungan belajar. Dalam membahas strategi-strategi yang mungkin digunakan di
kelas, akan disoroti bagaimana teknologi dan media dapat digunakan untuk
mendukung strategi tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja
strategi-strategi pembelajaran di dalam ruang kelas?
2.
Bagaimana
strategi pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa?
3.
Bagaimana
menciptakan pengalaman belajar pada siswa?
4.
Bagaimana
situasi dan konteks belajar itu berlangsung?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui strategi-strategi pembelajaran di dalam ruang kelas
2.
Untuk
mengetahui strategi pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa
3.
Untuk
mengetahui cara menciptakan pengalaman belajar pada siswa
4.
Untuk
mengetahui situasi dan konteks belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Strategi-strategi
di Dalam Ruang Kelas
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya
Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, bahwa strategi mengajar merupakan tindakan
guru dalam melaksanakan rencana mengajar, artinya: usaha guru dalam menggunakan
beberapa variabel pengajaran seperti tujuan, bahan, metode dan alat serta
evaluasi, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi mengajar pada dasarnya
adalah tindakan nyata dari guru atau merupakan praktek guru melaksanakan
pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. Dengan
kata lain, strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran di kelas.
Ledakan informasi mengharuskan guru
menentukan cara-cara untuk memberikan pengalaman kepada para siswa sehingga
mereka bisa membangun pemahaman mereka tentang dunia di sekitar mereka. Para
guru harus merencanakan dan mengatur lingkungan belajar untuk memastikan bahwa
siswa mereka tertantang dan berhasil.
Para guru memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap siswa mereka. Strategi pengajaran yang dipilih oleh para
guru memengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, para guru harus selektif
dalam pilihan yang mereka buat.
Jenis-jenis strategi yang mungkin
dipilih yang telah terbukti berhasil diterapkan di ruang kelas. Setiap strategi
memiliki manfaat dan dapat digunakan bagi berbagai macam pemelajar dengan semua
tingkatan umur, serta dalam berbagai suasana belajar. Kita akan membahas
bagaimana setiap strategi diterapkan di lingkungan ruang kelas. Keputusan
memilih strategi tertentu bergantung pada sejumlah faktor, termasuk hasil
belajar, usia siswa, dan kenyamanan menerapkan jenis strategi tersebut.
Dalam membahas strategi-strategi
yang mungkin digunakan di kelas, akan disoroti bagaimana teknologi dan media
dapat digunakan untuk mendukung strategi tersebut.
1. Presentasi
Dalam
sebuah presentasi, sebuah sumber menyajikan, mendramatisasi, atau menyebarkan
informasi kepada pemelajar. Komunikasi dikendalikan oleh sumber dengan respon
segera yang terbatas atau interaksi dengan pemelajar seorang guru yang
menyajikan presentasi mungkin menyelipkan pertanyaan, dimana para siswa mungkin
langsung menjawabnya atau diharuskan menjawab. Atau para siswa bisa bertanya
ketika bahan pengajaran sedang disajikan. Guru bisa memilih untuk mengendalikan
interaksi didalam presentasi. Sumber informasi juga bisa berupa buku ajar,
situs internet, rekaman audio, video, dan seterusnya. Membaca buku,
mendengarkan rekaman audio, melihat tayangan video, dan menyimak perkuliahan
merupakan contoh-contoh dari strategi presentasi.
a.
Keuntungan
1)
Menyajikan
(hanya sekali). Guru harus menyajikan informasi sekali saja bagi seluruh siswa
untuk mendengarkannya.
2)
Strategi
mencatat. Siswa bisa menggunakan sejumlah strategi mencatat untuk menangkap
informasi yang disajikan.
3)
Sumber
informasi. Sumber daya teknologi dan media bisa bertindak sebagai sumber
informasi berkualitas.
4)
Presentasi
siswa. Para siswa bisa menyajikan informasi yang telah mereka pelajari ke
seluruh kelas.
b.
Keterbatasan
1)
Sulit bagi
beberapa siswa. Tidak seluruh siswa merespons dengan baik terhadap format
presentasi untuk mempelajari informasi.
2)
Berpotensi
membosankan. Tanpa interaksi presentasi bila menjadi sangat membosankan.
3)
Kesulitan
mencatat. Para siswa mungkin harus belajar bagaimana mencatat hal-hal penting
dari presentasi.
4)
Kesesuaian umur.
Para siswa yang berusia lebih muda memungkinkan mengalami kesulitan mengikuti
presentasi yang panjang.
c.
Integrasi
Terdapat sejumlah sumber daya teknologi dan media
yang bisa digunakan untuk meningkatkan presentasi informasi kepada para pemelajar.
Sebuah presentasi tidak selalu harus berupa berdiri di depan kelas memberi
pengajaran. Para siswa bisa melihat video, yang berisikan informasi yang mereka
butuhkan tentang topik dan bisa meliputi tampilan yang menarik tentang bidang
studi tersebut. Pusat belajar (learning center), yang bisa menyertakan audio ke
dalam teks untuk mengarahkan pembelajaran siswa. Sebagai guru, Anda bisa
langsung mengarahkan siswa di dalam kelas, menggunakan sumber-sumber daya
seperti papan putih untuk catatan, transparan OHP yang telah dipersiapkan
sebelumnya, atau sekumpulan slide power point yang berisi gambar yang diunduh
dari internet.
Walaupun tidak selalu dianggap sebagai pendekatan
pengajaran paling sesuai untuk digunakan, presentasi bisa digunakan dalam cara yang
efektif. Usia dan pengalaman siswa menentukan kapan saat yang tepat menggunakan
presentasi. Perlu diperhatikan, karena sebagian besar siswa memiliki daya simak
yang sedikit, mungkin saja menggabungkan presentasi dengan strategi lainnya,
menggunakannya dalam waktu yang terbatas selama jam kelas.
2.
Demonstrasi
Demonstrasi merupakan teknik mengajar yang sudah tua
dan telah digunakan sejak lama. James Kinder dalam Oemar Hamalik
(1985:169) yang dikutip dalam buku
Prof.Dr.H.Asnawir mengemukakan sebagai berikut: “The demonstration method is
usually informal and it is effective with simple processes or complex project”.
Dalam sebuah demonstrasi, para pemelajar melihat
contoh nyata atau aktual dari sebuah ketrampilan atau prosedur untuk
dipelajari. Demonstrasi mungkin direkam dan diputar ulang melalui sarana media
seperti video. Jika ingin interaksi dua arah atau praktek pemelajar dengan
umpan balik, diperlukan instruktor atau tutor yang hadir secara langsung (live).
Tujuannya agar para pemelajar meniru tingkah laku fisik (misalnya membuka
program piranti lunak di komputer) atau untuk mengadopsi sikap atau nilai –
nilai yang diperlihatkan oleh seseorang yang bertindak sebagai model, seperti
bagaimana mengajukan pertanyaan ketika bekerja dalam kelompok kooperatif.
Belajar langsung di kelas seringkali menggunakan
demonstrasi satu per satu, dimana siswa yang berpengalaman memperlihatkan
kepada siswa lainnya bagaimana menjalankan sebuah prosedur, seperti
“salin/tempel” (copy/paste) dalam program pengolahan kata. Kegiatan ini
memungkinkan pertanyaan untuk diajukan dan dijawab sehingga kesalahan dan salah
persepsi bisa diatasi.
a.
Keuntungan
1)
Melihat sebelum
melakukan. Para siswa diuntungkan dangan melihat sesuatu dikerjakan sebelum
mereka harus melakukannya sendiri.
2)
Pandauan tugas.
Seorang guru bisa memadukan sekolompok siswa untuk menyelesaikan sebuah tugas.
3)
Penghenmatan
suplai. Sejumlah suplai yang terbatas diperlukan karena tidak semua orang akan
menangani beberapa material.
4)
Keamanan. Dengan
adanya ciri keamanan, demonstrasi memungkinkan guru mengendalikan potensi
bahaya bagi para siswa ketika menggunakan benda-benda tajam atau mesin- mesin
yang berbahaya.
b.
Keterbatasan
1)
Tidak langsung
dikerjakan. Demonstrasi bukan merupakan pengalaman langsung dikerjakan bagi
para siswa kecuali mereka ikut mengerjakanya saat guru memperlihatkan tahapan
atau ketrampilannya.
2)
Pandangan yang
terbatas. Setiap siswa mungkin tidak memiliki pandangan yang setara terhadap
demonstrasi, sehingga beberapa siswa mungkin melewatkan beberapa aspek pengalaman
tersebut.
3)
Masalah
mengikuti. Tentu saja tidak semua siswa bisa mengikuti demonstrasi ketika hanya
satu tahapan tunggal yang digunakan.
c.
Integrasi
Sebagai seorang
guru, Anda bisa menggunakan teknologi
dan media untuk membantu Anda dengan demonstrasi di dalam ruang kelas. Anda
bisa menyiapkan video demonstrasi di depan kelas, mempelihatkannya kepada
seluruh kelas dan membahas bersama mereka tentang apa yang mereka lihat. Selain
itu, juga bisa memanfaatkan benda aktual untuk demonstrasi; hanya dipastikan bahwa
setiap orang bisa menyaksikan dengan baik mengenai apa yang akan ditampilkan.
Sebuah kamera dokumen bermanfaat dalam memberikan seluruh siswa pandangan lebih
dekat tentang apa yang sedang dilakukan. Demonstrasi bisa digunakan dengan
seluruh kelas, kelompok kecil, atau individual yang membutuhkan penjelasan
tambahan tentang bagaimana melaksanakan sebuah tugas.
Para siswa bisa
menyajikan demonstrasi kepada sesama rekan mereka mengenai ketrampilan atau
prosedur baru yang mereka telah pelajari. Sebagai misal, seorang siswa yang
telah mengetahui bagaimana memindahkan sebuah foto dari kamera digital ke
komputer biasa diminta untuk memperlihatkannya kepada rekan-rekan mereka atau seluruh
kelas.
3.
Latihan Dan
Praktik
Dalam latihan dan praktik, para pemelajar dibimbing
melewati serangkaian latihan praktis yang dirancang untuk menyegarkan kembali
atau meningkatkan penugasan pengetahuan
konten spesifik atau sebuah keterampilan baru. Strategi ini mengansumsikan bahwa
para pemelajar telah menerima instruksi mengenai konsep prinsip, atau prosedur
yang akan mareka praktikkan. Agar efektif, latihan dan praktik harus menyertakan
umpan balik untuk memperkuat respons yang benar dan memperbaiki kesalahan yang
mungkin dibuat para pemelajar di sepanjang penerapannya.
a.
Keuntungan
1)
Umpan balik
untuk memperbaiki (corrective feedback). Para siswa mendapatkan umpan balik
sebagi tindak perbaikan atas respons mereka.
2)
Memisah-misah
informasi. Informasi disajikan dalam potongan kecil, yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menelaah kembali bahan-bahan pelajaran dalam potongan kecil.
3)
Praktik yang
telah terbentuk. Praktik dibentuk menjadi potongan-potongan kecil informasi,
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk langsung mencoba pengetahuan baru
melalui cara-cara yang positif.
b.
Keterbatasan
1)
Repetitif. Tidak
seluruh siswa merespon dengan baik sifat repetitif dari latihan dan praktik.
2)
Berpotensi
membosankan. Beberapa materi latihan dan praktik berisi terlalu banyak hal,
yanag artinya para siswa bisa menjadi bosan karena terlalu banyak pengulangan.
3)
Potensi belajar.
Jika seorang siswa melakukan kesalahan yang sama, menerapkan materi latihan dan
praktik tidak membantu siswa dalam belajar.
c.
Integrasi
Latihan dan
praktik umum digunakan untuk tugas seperti belajar matematika, belajar bahasa
asing, dan mengembangkan kosa kata. Format media dan sistem pengajaran tertentu
biasanya bagus diterapkan untuk metode latihan dan praktik ini. Banyak aplikasi
komputer memberikan kesempatan kepada siswa menelaah kembali informasi dan
mempraktikkan pengetahuan atau ketrampilan mereka.
Para siswa bisa
dipasang-pasangkan untuk bekerja melalui metode latihan dan praktek. Sebagai
guru, Anda mungkin memutuskan memasangkan siswa yang telah memasangkan
informasi dengan siswa yang masih harus berusaha mengembangkan penguasaan
tersebut. Atau mungkin memasangkan siswa dengan kemampuan yang sama, yang
menggunakan unsur praktik dari strategi ini untuk memberi kesempatan pada siswa
untuk belajar bersama.
Pekerjaan rumah,
bila dirancang untuk membantu siswa mempraktikkan informasi yang diberikan di
kelas, bisa dianggap sebagai bentuk dari latihan dan praktik. Sebagai guru,
Anda harus mempertimbangkan manfaat dari pekerjaan rumah dan seberapa bagus
kesiapan siswa untuk menyelesaikan tugas tersebut. Memberikan tugas PR
sebaiknya menyertakan penelaah materi, beberapa contoh praktis yang mewakili
apa yang telah dikerjakan di kelas, dan mungkin beberapa soal atau tugas yang
menantang sebagai tugas tambahan.
4.
Tutorial
Dalam tutorial
seorang tutor, dalam bentuk seorang manusia, peranti lunak komputer, atau
materi cetakan khusus-menyajikan konten, mengajukan pertanyaan atau persoalan,
meminta respons para pembelajar, menganalilis respons tersebut, memberikan
umpan balik yang tepat dan menyediakan praktik sehingga para pemelajar
menunjukan level dasar kompetensi.
Perbedaan antara
tutorial dan latihan dan praktik adalah bahwa tutorial memperkenalkan dan
mengajarkan meteri baru, sementara latihan dan praktik fokus pada konten yang
diajarkan dalam format lainnya (misalnya, penceramahan). Para siswa seringkali
bekerja mandiri atau satu lawan satu dengan seseorang saat mereka diberikan
paket- kumpulan kecil informasi yang dirancang untuk dibentuk menjadi kumpulan
sekumpulan pengetahuan dan praktik dengan umpan balik. Seringkali pusat belajar
(learning center), sebuah tempat yang dibuat di sisi lain dalam kelas, bisa
digunakan siswa untuk belajar sendiri.
a.
Keuntungan
1)
Bekerja mandiri.
Para siswa bisa bekerja mandiri mengenai materi baru dan menerima umpan balik
tentang kemajuan mereka.
2)
Menakar sendiri
kemajuan. Para siswa bisa bekerja berdasar tingkat kemajuan mereka sendiri,
mengulang informasi jika mereka harus menelaahnya sebelum berlanjut ke bagian material
berikutnya.
3)
Individualisasi.
Tutorial yang berbasis komputer bisa merespons masukan (input) para siswa dan
mengarahkan proses belajar mereka menuju topik baru untuk meneruskan proses
belajar mereka atau melakukan perbaikan untuk penelaahan.
b.
Keterbatasan
1)
Berpotensi
membosankan. Pengulangan bisa menjadi membosankan jika penyajian materi hanya
disajikan dalam satu pola.
2)
Berpotensi
membuat frustasi. Para siswa bisa menjadi frustasi jika mereka merasa tidak
menghasilkan kemajuan saat terus berupaya dalam tutorial tersebut.
3)
Berpotensi
kekurangan panduan. Kurangnya panduan guru saat bekerja bisa berarti bahwa
seorang siswa tidak begitu menguasai materi tersebut secara efektif.
c.
Integrasi
Pelaksanaan
tutorial meliputi instruktur ke-pemelajar (misalnya, dialog sokratik),
pemelajar ke pemelajar (misalnya, pemberian tutorial dengan sesama rekan atau
pusat belajar), komputer ke pemelajar (misalnya, peranti lunak tutorial yang
dibantu komputer), dan cetakan ke pemelajar. Komputer secara khusus dibuat
untuk menjalankan peran tutor karena kemampuannya menyampaikan menu respons
yang kompleks terhadap para siswa.
Sebagai seorang
guru, Anda bisa bekerja dengan seorang siswa atau sekelompok siswa memandu
mereka, membantu mereka dengan cermat sesuai dengan kemampuan mereka, membantu
mereka memahami materi yang sedang disajikan. Ini sering kali membatu para
siswa yang kesulitan bekerja dalam kelompok besar atau membutuhkan bantuan
tambahan saat mempelajari materi baru. Dan waktu tidak terbuang percuma ketika
bekerja menggunakan cara ini, tetapi mungkin perlu mempertimbangkan menggunakan teknologi dan
media sebagai cara menyampaikan tutorial. Banyak program peranti lunak komputer
dirancang untuk menyampaikan pengajaran kepada siswa. Sebagai misal, sistem
belajar terpadu (ILS) merupakan bentuk pengajaran yang ditawarkan di komputer.
Komputer
menentukan dimana tingkat kemajuan seorang siswa selama pengajaran, yang
memastikan bahwa siswa siap untuk meningkat ke bagian selanjutnya atau menelaah
materi yang belum disajikan. Banyak program piranti lunak komputer yang menjalankan
fungsi serupa dengan biaya lebih murah. Tetapi, karena sifat umum dari piranti
lunak tersebut tidak menyediakan tingkat individualisasi seperti yang mungkin
ditawarkan ILS.
5.
Diskusi
Diskusi adalah pertukaran gagasan
dan opini diantara para siswa atau guru. Strategi ini bisa digunakan dalam
tahap pengajaran dan pembelajaran apapun, dan dalam kelompok kecil atau besar.
Diskusi merupakan cara yang bermanfaat dalam
menakar pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari sekelompok siswa
sebelum mengakhiri tujuan pengajaran, terutama ketika memperkenalkan topik baru
atau pada permulaan tahun ajaran baru ketika guru belum memahami para siswa.
Dalam konteks ini, diskusi bisa membantu guru menjalin hubungan dengan, dan di
dalam kelompok yang menggalakkan
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.
Diskusi bisa dipimpin oleh guru
dengan mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan respon dari siswa. Guru sebaiknya
mengajukan pertanyaan yang meminta para siswa memikirkan apa yang mereka
ketahui dan menerapkan pengetahuan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang dimulai
dengan “bagaimana” atau “kenapa” sering kali bagus untuk mendorong diskusi. Dan
ketika mengajukan pertanyaan untuk memulai diskusi, beri waktu sebentar pada
siswa untuk berpikir sejenak.
a. Keuntungan
1) Menarik.
Diskusi
sering kali lebih menarik bagi siswa ketimbang duduk dan menyimak seseorang
menguraikan fakta-fakta.
2) Menantang.
Para siswa bisa ditantang untuk memikirkan tentang topik dan menerapkan apa
yang telah mereka ketahui.
3) Inklusif. Diskusi memberikan
kesempatan bagi seluruh siswa untuk bicara, ketimbang hanya segelintir siswa
saja yang menjawab pertanyaan guru.
4) Kesempatan bagi gagasan baru. Para
siswa mungkin menghasilkan gagasan baru untuk presentasi informasi.
b.
Keterbatasan
1)
Berpotensi melibatkan partisipasi
terbatas. Tidak seluruh siswa berpartisipasi, sehingga penting bagi guru untuk
memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan untuk bicara.
2)
Terkadang tidak menantang. Terkadang
para siswa tidak belajar melampaui apa yang telah mereka ketahui dan tidak
tertantang untuk memperluas pelajaran mereka.
3)
Tingkat kesulitan. Beberapa pertanyaan
yang diajukan untuk merangsang diskusi mungkin terlalu sulit bagi siswa untuk
dipikirkan yang didasarkan pada tingkat pengetahuan mereka.
4)
Kesesuaian usia. Diskusi mungkin bukan
merupakan strategi yang efektif untuk diterapkan pada siswa yang lebih muda,
kecuali kalau diarahkan oleh guru.
c.
Integrasi
Diskusi bisa menjadi cara yang
efektif untuk memperkenalkan sebuah topik baru. Beberapa bentuk media lebih
kondusif bagi diskusi ketimbang bentuk media lainnya. Dengan mengarahkan
diskusi menuju hasil-hasil belajar, mungkin mendapati bahwa para siswa akan
menentukan sendiri kebutuhan untuk mempelajari lebih jauh tentang topik
tersebut sebelum mereka bisa sepenuhnya berpartisipasi dalam sebuah diskusi.
Diskusi pasca-presentasi sangatlah
penting sebagai forum bagi tanya jawab dan untuk memastikan bahwa seluruh siswa
mengerti apa yang diinginkan guru. Diskusi semacam itu juga penting dalam
membantu tiap pembelajar menginternalisasikan pesan untuk melibatkannya kedalam
kerangka kerja mental mereka. Diskusi bisa menjadi sebuah teknik untuk
mengevaluasi keefektifan pengajaran. Meskipun teknik-teknik semacam itu
bermanfaat bagi seluruh kelompok usia, usia para pembelajar perlu
dipertimbangkan ketika meminta mereka ikut serta dalam diskusi.
6. Belajar
Kooperatif
Penelitian telah lama mendukung
pernyataan bahwa para siswa belajar dari pelajar lainnya satu sama lain ketika
mereka mengerjakan proyek sebagai sebuah tim (Slavin, 1989-1990, Harris 1998).
Dua atau tiga siswa di sebuah terminal komputer belajar lebih banyak saat
mereka melakukan sebuah diskusi sembari mengerjakan tugas yang sudah
dibebankan. Beberapa program komputer, seperti Sim-Earth: The Living Planet,
memungkinkan bagi beberapa siswa bekerja secara interaktif pada komputer yang
terpisah.
Belajar kooperatif merupakan
strategi pengelompokan dimana para siswa bekerja sama untuk saling mendapat
keuntungan dari potensi belajar anggota lainnya. Johnson and Johnson (1999)
menyatakan bahwa agar berhasil, kelompok belajar kooperatif membutuhkan hal-hal
berikut ini:
a.
Para anggota memandang peran mereka
sebagai bagian dari keseluruhan tim.
b.
Keterlibatan interaktif diantara anggota
kelompok.
c.
Akuntabilitas individu dan kelompok.
d.
Anggota yang memiliki keterampilan antar
personal dan kepemimpinan.
e.
Kemampuan memahami belajar personal dan
fungsi kelompok.
Banyak
pendidik telah mengkritik suasana kompetitif yang dominan dalam ruang kelas.
Mereka meyakini bahwa situasi belajar kooperatif mirip dengan keharusan kerja
sama sosial di dunia kerja di masa depan. Terdapat cara-cara untuk menukar
pembelajaran siswa dalam kelompok kooperatif. Kompetisi dalam ruang kelas
mengganggu belajar siswa satu sama lain, sementara pembentukan kelompok
kooperatif memungkinkan para siswa mendapatkan pengetahuan satu sama lain.
Sebagai
seorang guru, Anda mungkin ingin memberikan peran spesifik bagi tiap anggota
kelompok, seperti perekam, pencatat waktu, pengatur tugas, dan lain-lain.
Pengalaman belajar kooperatif bisa bersifat informal pula. Para siswa mungkin
menentukan kebutuhan belajar mereka sendiri bekerja sama dengan siswa lain
untuk meningkatkan pengalaman belajar mereka.
a.
Keuntungan
1)
Manfaat
belajar.
Mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang beragam memberikan keuntungan bagi
seluruh siswa.
2)
Formal atau
informal. Kelompok bisa bersifat formal informal berdasarkan
kebutuhan belajar.
3)
Kesempatan
belajar.
Kelompok berjangka panjang bisa dibuat, yang menciptakan kesempatan belajar
beragam.
4)
Area konten.
Seluruh area konten bisa disertakan dalam aktivitas belajar kelompok.
b.
Keterbatasan
1)
Keterbatasan
ukuran. Kelompok
harus tetap berukuran kecil, sebab jika tidak, belajar akan menjadi tidak
seimbang.
2)
Berpotensi
berlebihan digunakan. Sebagai sebuah strategi, belajar
kooperatif bisa digunakan secara berlebihan dan bisa kehilangan keefektifannya.
3)
Keterbatasan
anggota kelompok. Pengelompokan berdasarkan satu kemampuan
saja tidak meningkatkan kesempatan belajar bagi seluruh anggota.
c.
Integrasi
Para siswa bisa belajar kooperatif
tidak hanya dengan mendiskusikan materi teks dan menyaksikan media, tetapi juga
dengan membuat media. Sebagai misal, rancangan dan produksi sebuah presentasi
video atau grafik sebagai proyek kurikulum menyajikan kesempatan bagi belajar
kooperatif. Guru sebaiknya bertindak sebagai mitra kerja dengan para siswa
dalam situasi belajar semacam itu.
Jika ruang kelas hanya memiliki
satu komputer digunakan, maka pembentukan kelompok kooperatif dimungkinkan
sehingga seluruh siswa bisa mengaksesnya. Dengan mengelompokkan siswa, guru dapat
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menggunakan komputer, dimana
jika tidak dikelompokkan, kesempatan itu tidak memungkinkan. Beberapa program
piranti lunak bisa mengakomodasi pengelompokan kooperatif karena adanya sifat
kolaboratif atau sifat umum dari pengalaman tersebut.
Guru bisa meminta kelompok siswa
menyiapkan presentasi mengenai topik-topik di dalam sebuah area konten untuk
dipresentasikan di hadapan kelas. Jadi, tiap kelompok menjadi “ahli” tentang
satu topik dari keseluruhan konten yang ada. Dengan meminta mereka menyiapkan
presentasi, para siswa menyiapkan materi sehingga bisa dipahami oleh siswa lainnya.
7.
Permainan
Permainan memberikan lingkungan
kompetitif yang di dalamnya para pembelajar mengikuti aturan yang telah
ditetapkan saat mereka berusaha mencapai tujuan pendidikan yang menantang. Ini
merupakan teknik yang sangat memotivasi, terutama untuk konten yang membosankan
dan repetitif. Permainan mungkin melibatkan satu pembelajar atau satu kelompok
pembelajar.
Dengan melakukan permainan, para
siswa mulai mengenali pola yang ada dalam situasi tertentu. Karena para siswa
berulang kali memainkan permainan, mereka memulai mengembangkan pemahaman
mengenai aturan permainan cara-cara menjadi lebih baik dalam mencapai
tujuannya, dan menjadi pemenang.
Permainan bisa menantang dan
menyenangkan untuk dimainkan. Permainan juga bisa memberikan pengalaman belajar
yang beraneka ragam. Terdapat banyak papan permainan yang bisa digunakan untuk
para siswa. Program piranti lunak latihan
dan praktik komputer sering kali juga bisa digunakan permainan. Para
siswa senang memainkan permainan dan mereka diuntungkan karena pengalaman
belajar mereka menjadi luas.
Beberapa contoh permainan yang bisa
diterapkan di dalam kelas diantaranya, kartu kata, menghitung cara baru, potong
kertas menjadi enam bagian sama luas, balon amanah, bisa!, mengukur dan
menimbang badan dan lain sebagainya. (Prof.Dr.H.A.R.Tilaar,M.Sc.Ed.,2013)
a.
Keuntungan
1)
Keterlibatan.
Para siswa terlibat dengan cepat dalam belajar melalui permainan.
2)
Sesuai dengan
hasil.
Permainan dapat disederhanakan agar sesuai dengan tujuan belajar.
3)
Beragam
suasana. Permainan dapat digunakan dalam berbagai suasana ruang kelas, mulai
dari seluruh kelas hingga kegiatan individual.
4)
Mendapatkan
perhatian. Permainan bisa menjadi cara yang efektif untuk mendapatkan perhatian
para siswa untuk mempelajari topik atau keterampilan spesifik.
b.
Keterbatasan
1)
Pertimbangan
persaingan. Karena adanya keinginan untuk menang, permainan bisa bersifat
kompetitif, kecuali kalau diawasi dengan baik.
2)
Tingkat
kesulitan. Siswa yang kurang bisa mungkin merasa struktur permainan terlalu
cepat atau sulit bagi mereka untuk turut serta.
3)
Mahal. Beberapa
permainan, terutama permainan komputer, bisa sangat mahal untuk dibeli.
4)
Niat yang salah
arah. Tujuan belajar mungkin “hilang” karena adanya keinginan untuk menang
ketimbang sekadar belajar.
c.
Integrasi
Terdapat berbagai macam permainan. Puzzle, termasuk Puzzle kata
adalah yang populer. Kerumitan sebuah Puzzle
penting untuk dipertimbangkan ketika memperkenalkan para siswa kepada
permainan tersebut. Puzzle lintas-kata,
sudoku, Puzzle jigsaw, dan Puzzle logika – terkadang disebut
“penggoda otak” (brainteaser). Puzzle bisa digunakan untuk menerapkan
informasi yang harus mereka pelajari, sebagai misal, kata-kata ejaan atau ibu
kota negara.
Permainan dapat digunakan secara informal di dalam ruang kelas. Sebagai
misal, untuk mempraktikkan kosakata baru; mungkin saja menciptakan sebuah
permainan papan untuk pusat belajar. Para siswa akan bisa bekerja berpasangan
atau dalam kelompok kecil untuk mempraktikkan kata-kata mereka sambil menikmati
permainan.
8.
Simulasi
Simulasi adalah
sebuah kegiatan yang melibatkan para pelajar menghadapi situasi kehidupan nyata
dalam versi diperkecil atau dengan kata lain memungkinkan praktek realistic
tanpa harus mengeluarkan biaya ataupun resiko. Simulasi memungkinkan melibatkan
dialog antar peserta, manipulasi materi dan perlengkapan, atau interaksi dengan
computer.
Simulasi dapat
dilaksanakan untuk seluruh kelas atau kelompok kecil yang bekerja sama.
Aktivitas simulasi ini dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa yang
mungkin saja tidak dapat ditemukan di dunai nyata. Selain sebagai bermain
peran, simulasi dapat mewakili sesuatu yang terlalu besar atau terlalu kompleks
untuk ditampilkan di dalam ruang kelas.
a.
Keuntungan
1)
Keamanan.
Menyediakan cara yang aman untuk terlibat dalam kegiatan belajar
2)
Reka ulang
sejarah. Siswa dapat terlibat dalam sebuah situasi. Misal bermain peran dalam
terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
3)
Langsung
dilaksanakan. Para siswa memiliki kesempatan untuk pengalaman langsung.
4)
Berbagai tingkat
kemampuan. Para siswa dengan berbagai tingkat kemampuan bisa disertakan dalam
pengalaman belajar.
b.
Keterbatasan
1)
Representasi
yang diragukan. Sebuah simulasi mungkin ridak representative. Atau memberikan
rasa aman palsu kepada beberapa siswa.
2)
Kompleksitas.
Sebuah aktivitas mungkin menjadi terlalu kompleks atau mendalam untuk dilakukan
di dalam kelas.
3)
Keharusan menanya
ulang. Guru harus menyediakan waktu setelah percobaan untuk menanya ulang para
siswa tentang pengalaman mereka selama simulasi.
4)
Sesuatu yang
baru mungkin sulit untuk menciptakan simulasi baru untuk suasana kelas.
c.
Integrasi
Dalam beberapa
simulasi, para siswa merekayasa model matematis untuk menentukan pengaruh
pengubahan variable tertentu, seperti pengendalian kecepatan pemain ski dengan
mengubah tingkat kemiringan. Bermain peran merupakan salah satu contoh dari
strategi simulasi. Peranti lunak, seperti Decision, Decision dari Tom Snyder,
menyediakan peran untuk tiap anggota sebuah kelompok, sebuah situasi kehidupan
nyata yang harus diselesaikan, dan informasi untuk membantu para anggota
kelompok saat menjalankan proses tersebut.
9.
Penemuan
Strategi
penemuan (discovery) menggunakan pendekatan induktif, atau penyelidikan untuk
belajar. Strategi ini menyajikan masalah untuk diselesaikan melalui percobaan
dan kesalahan. Tujuan strategi penemuan untuk memacu pemahaman conten yang
lebih mendalam melalui keterlibatan secara langsung dengan conten tersebut.
Aturan atau prosedur yang ditemukan para siswa mungkin berasal dari buku referensi atau yang
tersimpan dalam database computer.
Walaupun
penemuan merupakan pendekatan yang bagus namum ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan dalam menggunakan strategi ini untuk para siswa.
Pertama : tidak selalu lebih baik membiarkan para siswa
menemukan cara mereka sendiri melalui suatu kemampuan atau keterampilan
ketimbang memberikan mereka pembelajaran secara langsung.
Kedua : ketika menggunakan penemuan, adalah penting untuk
menyisihkan waktu merancang pengajaran dengan cermat, menjamin bahwa terdapat
panduan di setiap tahap dalam prosesnya. Anda harus mengantisipasi munculnya
masalah atau halangan yang mungkin ditemui para siswa anda saat mereka
mengerjakan percobaan resebut.
Ketiga: anda akan merancang pengalaman penemuan anda
menggunakan pendekatan parencah (scaffold), yakni membangun pengetahuan dari
pengetahuan sebelumnya saat para siswa mengalami kemajuan pengalaman
pembelajaran itu.
Empat: ketika menata pelajaran penemuan, anda sebaiknya
yakin bahwa para siswa memiliki kesempatan
untuk menerapkan ketrampilan baru. Ini merupakan aspek lainnya dari
kebutuhan menyusun tingkatan dalam pelajaran tersebut.
a.
Kuntungan
1)
Keterlibatan,
pembelajaran menemuan sangat melibatkan para siswa di seluruh tingkatan
pembalajaran.
2)
Langkah-langkah
yang berulang, anda bisa menggunakan langkah-langkah atau prosedur yang telah
diajarkan sebelumnya.
3)
Kendali siswa
atas pembelajaran, penemuan membuat para siswa merasa bisa mengendalikan proses
belajar mereka sendiri.
b.
Keterbatasan
1)
Factor waktu,
penemuan bisa lebih memakan banyak waktu dari segi perancangan dan pelaksanaan
2)
Penyiapan itu
penting, perancanaan untuk belajar menemukan membutuhkan pemikiran seluruh
kemungkinan masalah yang mungkin diterima para siswa.
3)
Salah paham,
belajar penemuan bisa mengakibatkan salah pengertian mengenai sebuah area
contain.
c.
Integrasi
Teknologi dan media pengajaran bisa membantu meningkatkan penemuan
atau penyelidikan. Para siswa melihat video untuk mengamati hubungan yang
ditunjukkan dalam visual dan kemudian berusaha menemukan prinsip-prinsip yang
menjelaskan hubungan tersebut. Sebagai misal, dengan menampilkan tayangan
sebuah balon yang ditimbang sebelum dan sesudah diisi dengan udara, para siswa
menemukan bahwa udara memiliki berat.
Belajar penemuan juga dapat menjadi sarana membantu para siswa
untuk mendapatkan informasi yang ingin mereka ketahui mengenai topic atau minat
tertentu. Penyelidikan siswa atau penelitian informasi, merupakan metode yang
memakan banyak waktu tetapi efektif bagi para siswa untuk menelusuri
pengetahuan melampaui batas-batas buku teks mereka. Pusat media sekolah
menyediakan baik itu materi yang terkait konten maupun fasilitas produksi media
bagi para siswa yang ingin membuat presentasi alternative mengenai apa yang
telah mereka pelajari. Internet merupakan sumber daya yang berharga bagi para
siswa untuk belajar mengenai topic yang mereka pilih sendiri.
10. Penyelesaian
Masalah
Tehnik ini
terkadang sering disebut “belajar berbasis masalah” dan tehnik ini bisa
digunakan untuk segala tingkat jenjang pendidikan dari pendidikan tingkat dasar
sampai tingkat perguruan tinggi. Tehnik ini menggunakan materi yang perpusat
pada masalah dan berdasarkan kenyataan
yang sering kali disajikan oleh media misal (kasus tertulis, situasi berbasis
computer, dan sketsa video).
Masalah bisa
berkisar isu-isu yang sepesifik, atau masalah terstruktur dimana para siswa bisa
memanfaatkan kemampuan atau keterampilan spesifik untuk mengatasinya, hingga ke
situasi yang kompleks, atau masalah yang kurang terstruktur yang mengharuskan
para siswa untuk menguji banyak unsur atau komponen dalam usaha memulai
penyelesaiannya.
Penyelesaian
masalah melibatkan penempatan para siswa dalam peran aktif berhadapan dengan
masalah baru yang ditemukan dalam kehidupan nyata. Para siswa mulai dengan
kemampuan terbatas tetapi memulai kolaborasi dengan rekan, penelitian dan
konsultasi dengan ahli, mereka mengembangkan, menjelaskan dan mempertahankan
solusi mengenai masalah tersebut. Jonassen, howlad, moore, dan marra (2003)
telah memperluas gagasan ini dengan menyajikan bahwa tehnologi menjadi rekan
intelektual bagi para siswa karena tehnologi membantu belajar para siswa.
a.
Keuntungan
1)
Keterlibatan,
siswa secara aktif terlibat dalam pengalaman belajar dunia nyata.
2)
Konteks untuk
belajar, hubungan antar pengetahuan dan keterampilan menjadi jelas.
3)
Tingkat
kerumitan, tingkat kerumitan masalah dapat diselesaikan dapat banyak
memperkenalkan isu atau tingkatan untuk masalah tersebut seiring berjalanya
waktu.
b.
Keterbatasan
1)
Sulit untuk
diciptakan, menciptakan masalah yang berkualitas untuk pembelajaran bisa
menyulitkan.
2)
Kesesuaian usia,
usia dan tingkat pengalaman para siswa mungkin lebih banyak control dari guru.
3)
Makan waktu,
menggunakan teknik penyelesaian masalah sebagai strategi pengajaran bisa banyak
makan waktu di dalam ruang kelas.
4)
Membutuhkan
menanya ulang, guru harus menyisihkan waktu tambahan untuk menanya ulang
tentang apa yang telah mereka pelajari ketika telah selesai dengan solusi
masalah.
c.
Integrasi
Masalah bisa dirancang bagi seluruh area konten, mulai dari
matematika dan ilmu pengetahuan, hingga ilmu sosial dan sastra. Masalah
terstruktur mudah dibuat, bisa menggunakan teknologi dan media yang ada untuk
memperkaya masalah yang akan disajikan.
Dengan masalah yang terstruktur, baik para siswa memiliki pemahaman
yang jelas mengenai apa yang mungkin menjadi respons yang tepat. Sebagai misal,
soal cerita matematika sering kali merupakan aplikasi terstruktur dari
kemampuan perhitungan matematika yang telah dikuasai siswa. Ketika mereka
memahami masalahnya, mereka mampu menerapkan kemampuan matematika yang tepat
dan mendapatkan jawaban yang tepat. Piranti lunak computer bisa menyajikan
masalah serupa, yang menguji kemampuan para siswa untuk menerapkan kemampuannya
dalam menyelesaikan masalah.
Masalah yang kurang terstruktur, atau masalah dengan banyak
variable atau isu-isu tidak terkendali, jauh lebih sulit untuk dibuat. Dan,
karena terdapat hal-hal di luar kendali Anda, masalah-masalah semacam itu
terlihat lebih rumit. Dengan adanya masalah yang kurang terstruktur, terdapat
lebih dari satu cara untuk mengatasinya.
B.
Pusat Strategi
Strategi pengajaran dibagi menjadi dua
kelompok,yaitu:
1. Strategi yang
Berpusat kepada Guru.
Strategi yang berpusat kepada guru, yang diarahkan secara spesifik
oleh guru yaitu guru merupakan kunci bagi perancangan pengajaran. Dalam strategi ini, guru merupakan fokusnya, yang
bertindak mengarahkan belajar melalui cara-cara yang mengandung tujuan.
2. Strategi yang
Berpusat kepada Siswa.
Strategi yang berpusat kepada siswa, yaitu focus kepada siswa yang
memimpin dan mengarahkan situasi belajar. Guru bertanggung jawab atas
perencanaan dan pengembangan mata pelajaran serta guru bertindak sebagai
fasilitator yang memberikan panduan saat siswa terlibat dalam aktivitas dan
pengalaman belajar dengan individual atau kelompok kecil dan membantu para
siswa untuk focus pada pencapaian hasil yang diinginkan.
C.
Menciptakan
Pengalaman Belajar
Melibatkan siswa dalam proses belajar adalah apa yang harus guru
lakukan untuk memastikan mereka bisa memperluas pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan. Dalam menciptakan pengalaman belajar ini akan dikaitkan dengan
perspektif dari beberapa teori belajar.
1. Persfektif Behavioris
B.F. Skinner meyakini bahwa guru dapat menciptakan suasana
pengajaran untuk memastikan bahwa guru akan bisa mengamati respon siswa. Ia
meyakini bahwa para guru harus melakukan penguatan bagi perubahan perilaku,
yang ia istilahkan sebagai belajar. Perilaku dalam kelas bisa diubah untuk
mendekati apa yang dianggap sebagai perilaku ruang kelas yang baik. Perilaku
baik akan mendapat hadiah dan sebaliknya. Para guru akan bisa mengamati kinerja para
siswa dan menakarnya berdasarkan criteria yang telah ditetapkan .
Skinner juga mengembangkan materi pengajaran sendiri yang tidak
membutuhkan pengajaran langsung guru sama sekali. Material dirancang sedemikian
rupa sehingga jumlah informasi yang minimum diperkenalkan di tiap tahapan. Para
siswa diminta untuk mengulang informasi di tahapan selanjutnya di sepanjang
prosesnya, menerima konfirmasi mengenai respons yang benar saat mereka melewati
setiap tahapan.
2. Perspektif Kognitivis
Para kognitivis meyakini bahwa agar pembelajaran dapat berlangsung,
pikiran para siswa harus secara aktif terlibat dalam memproses informasi,
karena keterlibatan sangat penting dalam pengingatan kembali informasi di
waktu-waktu belakangan. Selain itu individu “mengarsip” informasi dalam ingatan
mereka sesuai dengan pola organisasi atau skema, yang unik bagi tiap
individual. Para siswa akan mempelajari informasi baru dan menyimpannya
berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan ekspektasi mereka yang ada mengenai
informasi tersebut.
Perspektif kognitivis mempengaruhi strategi pengajaran dengan
pendapatnya yang menyatakan bahwa informasi harus diatur dalam cara spesifik
untuk menjamin pemelajar akan bisa menggunakan pengetahuan tersebut berdasarkan
skema mereka sendiri. Menurut para kognitivis, pemrosesan pengetahuan factual
bergantung pada bagaimana pengetahuan sebelumnya diatur oleh individu.
Salah satu penerapan kognitivis dalam pengajaran adalah penggunaan
advances organizer, headings atau outlines, untuk memandu para pemelajar saat
mereka memproses informasi. Dalam hal metakognisi, para kognitivis berpendapat
bahwa cara terbaik untuk membantu para siswa belajar tentang pemikiran mereka
sendiri adalah melalui penggunaan strategi penyelesaian masalah, yang
memberikan mereka masalah dunia nyata yang bisa siselesaikan melalui proses
terstruktur yang para siswa telah pelajari. Gagasannya adalah memberikan siswa
masalah yang bisa mereka selesaikan yang bergantung pada pengetahuan atau
keterampilan spesifik yang mereka miliki, dan yang akan memandu mereka yang
tidak hanya berhasil mengatasi situasi, tetapi juga memperoleh pengetahuan
tambahan dalam cara mereka berpikir.
3. Perspektif Konstruktivis
Kalangan konstruktivis berpendapat bahwa para pembelajar harus
memiliki peran aktif dalam proses belajar, bahwa mereka bukanlah wadah yang
harus diisi, melainkan pengatur dari proses belajar mereka. Selanjutnya,
sebagian besar konstruktivis meyakini bahwa para pemelajar terlibat dalam
proses belajar dengan menempatkan pengalaman mereka ke dalam kenyataan.
Kalangan konstruktivis meyakini bahwa guru merupakan fasilitator
penting bagi siswa, yang memberikan mereka panduan di sepanjang pengalaman
mereka. Guru membantu membentuk jenis pengalaman belajar yang para siswa
miliki, berdasarkan kebutuhan spesifik mereka pada waktu tertentu.
4. Perspektif Psikologi Sosial
Penelitian awal di bidang psikologi oleh Bandura dan Vygotsky,
keduanya berpendapat bahwa pemelajar tidak belajar dalam lingkungan yang
terisolasi atau terpisah dari pemelajar lainnya. Vygotsky meyakini bahwa proses
kognitif terus berubah dan memengaruhi perkembangan pemikiran yang lebih tinggi
pada individu. Tingkat pemikiran merupakan bentuk “penalaran cultural”, atau
berpikir seperti orang-orang yang ada di sekitar para siswa. Dengan kata lain,
orang-orang di masyarakat memengaruhi cara berpikir dan belajar para siswa dan
pengaruh ini berbeda-beda menurut masyarakat dan kelompok kulturalnya.
Bandura meyakini bahwa belajar membutuhkan situasi alamiah atau
natural. Ia berpendapat bahwa anak kecil meniru apa yang ada di sekitar mereka
sebagai bagian dari proses belajar mereka. Melalui penerapan, pengetahuan atau
kemampuan ini menjadi bagian dari kode internal individu.
D.
Situasi Dan
Konteks Belajar
Keragaman strategi pengajaran yang tersedia bagi seorang guru
sangat banyak dan mencakup sejumlah situasi belajar yang berbeda-beda. Dalam
menentukan strategi, guru perlu mempertimbangkan para siswa yang ada dalam
ruang kelas. Sembari mempertimbangkan strategi untuk dipadukan ke dalam
pengajaran, guru juga perlu mempertimbangkan pengalaman macam apa yang dimiliki
para siswa dengan sumber daya teknologi dan media tertentu.
Berikut beberapa jenis situasi pengajaran yang
bisa diterapkan di dalam kelas.
1.
Pengajaran
tatap muka di dalam kelas
Pengajaran tatap muka paling sering di jumpai dalam
proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Pengajaran tatap muka sering
diistolahkan sebagai situasi dalam
waktu bersamaan. Dalam mempertimbangkan jenis strategi pengajaran yang
akan digunakan pendidik dalam situasi ruang kelas, pilihannya tidak terbatas.
Karena pendidik hadir hadir di dalam kelas dan para siswa bergerak ke sana
kemari di dalam kelas, strategi-strategi yang telah dibahas di atas terlihat
mudah dipadukan ke dalam proses pembelajaran.
Situasi ruang kelas memang mengharuskan guru
menghabiskan waktu untuk mengatur situasi, menyusun dan menyiapkan materi,
menyiapkan para siswa belajar, dan meninjau kembali apa yang telah dilakukan,
dan apa yang mungkin butuh perbaikan. Satu hal yang perlu dipikirkan oleh guru
saat di kelas ketika guru memiliki media dan teknologi yang akan
digunakan adalah pengalaman siswa dengan sumber daya tersebut.
2.
Belajar Jarak
Jauh
Belajar jarak jauh telah hadir atau dikenal dalam
waktu yang cukup lama, dimulai sekitar seratus tahun yang lalu dengan studi korespondensi menggunakan
surat, namun inovasi terbaru dalam media dan teknologi menjadikan belajar jarak
jauh lebih nyaman dan dinamis. Para peserta didik tidak harus berada di satu
tempat yang sama dengan pendidik. Yang perlu diperhatikan pendidik dalam
belajar jarak jauh, yaitu :
a.
Pilihan
pengajaran akan bergantung pada sumber daya teknologi mana yang dimiliki oleh
pendidik dan apa yang dapat dilakukan pendidik dengan sumber daya teknologi
tersebut.
b.
Pendidik harus
memikirkan bagaimana cara menyampaikan atau memberikan materi-materi kepada
siswa secara efektif dan efisien.
Kedua hal tersebut menjadi sebuah
tantangan bagi pendidik dan peserta didik, tetapi sejalan dengan perkembangan
teknologi, lebih banyak materi atau pengajaran yang dapat di berikan pendidik
kepada para peserta didik.
3.
Campuran
Pengajaran campuran terkadang disebut dengan
pengajaran “hibrida”, yaitu menggabungkan dan mencocokkan berbagai situasi
pengajaran agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Pengajaran
campuran paling umum ditemukan dalam proses pembelajaran jarak jauh. Situasi
belajar jarak jauh campuran merupakan bauran jenis situasi belajar dalam waktu bersamaan (misal : saling tatap
muka atau video atau televisi real-time)
dan jenis situasi pengajaran tidak
dalam situasi bersamaan, ketika
pendidik dan peserta didik tidak bersama-sama dalam waktu bersamaan (misal :
pengajaran online atau pengajaran
yang berbasis web).
Situasi belajar harus disesuaikan dengan kebutuhan
pengajaran peserta didik dan strategi pengajaran yang sedang digunakan. Sebagai
seorang pendidik, perlu memutuskan kapan waktu paling efektif bagi peserta
didik untuk berada dalam situasi fisik aktual bersama dengan pendidik dan kapan
peserta didik bisa belajar lebih mandiri.
4.
Belajar Mandiri
Terstruktur
Banyak dari penilitian Skinner yang belakangan
berkembang di sekitar gagasan bahwa para siswa bisa mempelajari informasi dan
mendapatkan ketrampilan tanpa pengajaran langsung guru. Ia memengaruhi banyak
orang untuk mengembangkan “mesin pengajar” yang dirancang untuk membantu siswa
belajar secara mandiri, tetapi menggunakan materi terstruktur. Gagasannya
adalah bahwa siswa bisa mempelajari informasi tanpa intervenes langsung dari
guru. Guru menyiapkan situasi belajar yang diarahkan sendiri, menggunakan
materi yang telah terpilih atau kembangkan sendiri sedangkan para siswa akan
bisa belajar berdasarkan kemajuan mereka sendiri dan mampu mengulang materi
jika mereka perlukan.
Sebagai seorang guru, mungkin menjumpai waktu-waktu
yang paling efektif dan efisien untuk meminta siswa mempelajari konten sebelum
masuk kelas dan menggunakannya. Buku teks merupakan contoh yang bagus dari
jenis media yang bisa digunakan untuk belajar mandiri. Ketimbang menghabiskan
waktu di kelas dengan menyajikan informasi dan kemudian merancang aktivitas
kelas yang berpusat pada penerapan teknologi tersebut. Selain itu bisa gunakan
berbagai macam materi pengajaran, misalnya teks, audio, tape, video, piranti
lunak computer, dan sebagainya.
5.
Pembelajaran
Informal Tidak Terstruktur
Para siswa saat ini memiliki kesempatan untuk
belajar dari pengalaman mereka di dalam kelas. Sifat dari jenis kegiatan
belajar inilah yang menjadikannya informal. Para siswa bisa menyaksikan acara televisi yang
menguatkan pelajaran mereka di ruang kelas. Karena guru tidak meminta mereka
menyaksikan acara tersebut, ini menjadi bagian dari sifat informal pengalaman
belajar mereka.
Cara lainnya dimana para siswa bisa belajar secara
informal adalah melalui penggunaan internet. Banyak siswa memiliki akses ke komputer
di rumah yang terhubung dengan internet .mereka memiliki sumber daya yang
melimpah yang tersedia bagi mereka melalui Wold Wide Web (www). Para siswa belajar bagaimana mendapatkan informasi
dan akan menantang diri mereka sendiri untuk belajar mengenai topik-topik yang
mungkin saja tidak menjadi bagian dari kegiatan belajar di ruang kelas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar, bahwa strategi mengajar merupakan tindakan guru dalam
melaksanakan rencana mengajar, artinya: usaha guru dalam menggunakan beberapa
variabel pengajaran seperti tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi, agar
dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B.
Saran
Seorang
calon Pendidik hendaknya memperhatikan strategi-strategi
pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran di sekolah, juga memadukan
berbagai media dan teknologi agar dapat menarik minat siswa untuk belajar lebih
giat.
Dalam pembuatan
makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari isi dan cara
penulisan. Penulis mohon maaf apabila pembaca merasa kurang puas dengan hasil
yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar dapat
menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah kami.