provilllleeeee


kenapa harus menangis selama masih bisa tersenyum?
kenapa harus airmata yang keluar saat sedih mulai menyapa?

Lihatlah keluar,
di sana masih banyak yang lebih susah darimu
lihat mereka,
pikirkanlah, sebelum kamu bersedih
selalu bersyukur dengan apa yang kita dapatkan





About

Jambu busuk di bawah tangga.Baunya menyengat hidung.

Wednesday 20 December 2023

EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR MENJADI FAKTOR UTAMA PENCEMARAN UDARA

 

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi atau komponen lain ke dalam lingkungan. Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah. Pada pembahasan kali ini akan dibahas mengenai pencemaran udara.

Pencemaran udara merupakan pencemaran lingkungan yang terjadi di lapisan udara bumi (atmosfer) yang dapat membahayakan bagi makhluk hidup. Salah satu penyebab polusi udara tersebut adalah emisi gas buang yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor.

Emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai salah satu sumber polusi udara terbesar. Semakin lama kendaraan bermotor di Indonesia semakin meningkat.  Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berjalan dengan sangat cepat, di Ponorogo misalnya berdasarkan data setiap bulan ada 90 motor baru dan 5 mobil baru. Apabila hal tersebut tidak segera dikendalikan maka akan memperparah pencemaran udara yang menimbulkan kerugian kesehatan bagi masyarakat. Emisi gas buang kendaraan bermotor mengandung karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC).

Dampak pencemaran udara bagi kesehatan seperti radang pada saluran pernapasan, bronkitis, asma, kanker paru-paru dan lain sebagainya. Asap kendaraan bermotor juga dapat menyebabkan efek rumah kaca, hujan asam, eutrofikasi, penipisan ozon dan perubahan iklim global.

Hal yang menyebabkan peningkatan pengguna kendaraan bermotor salah satunya adalah kurangnya kendaraan umum di Indonesia terutama di Ponorogo. Sebagai contoh banyaknya pelajar yang menggunakan kendaraan bermotor saat mereka berangkat sekolah ataupun pulang sekolah. Padahal banyak dari mereka yang masih dibawah umur. Selain karena kurangnya kendaraan umum, banyak dari kalangan muda yang malu karena tidak memiliki motor. Menurut mereka menggunakan motor adalah suatu kebanggaan tersendiri.

Untuk mengurangi polusi udara akibat kendaraan bermotor sebaiknya warga negara Indonesia dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dengan membatasi penggunaan kendaraan pribadi dan mau menggunakan transportasi umum. Namun karena kurangnya transportasi umum yang ada maka pemerintah seharusnya menambah jumlah transportasi umum dan memperbaiki fasilitas yang ada pada transportasi umum.

Pencemaran udara sangat berbahaya bagi lingkungan terutama bagi kesehatan. Maka mulai sekarang marilah kita cintai bumi ini dengan selalu menjaga apa yang ada, seperti membatasi penggunaan kendaraan bermotor atau mengubah bahan bakar minyak menjadi biogas.

Sunday 16 October 2022

Parenting Anak Didik di dalam Kelas

Langkah pertama yang bisa kita lakukan untuk mencapai tujuan dari parenting ini dengan mengetahui psikologi anak tersebut, salah satunya.
Di dunia ini ada begitu banyak ilmu psikologi antara lain; psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi klinis, psikologi islam, dan lain-lain. Tujuan dari setiap bidang tersebut sama, akan tetapi cara yang ditempuh tentu berbeda-beda. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk ”mengislamkan’ psikologi.
Mendengarkan merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran. Ketika murid tidak mau mendengarkan gurunya, maka selesai sudah pembelajaran itu. Tidak akan sampai kepada murid mau sepanjang apa pun guru berbicara. Maka ada beberapa hal yang membuat murid mau mendengarkan:

a. Minat.
Hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh perasaan mereka begitu bangun tidur. Apakah paginya membuatnya bergairah? Itu menjadi tugas penting bagi pengurus kamar, orang-orang sekitar, dan tentu saja diri sendiri karena akan mempengaruhi keseharian murid itu.
b. Harapan.
Apakah ada yang mereka harapkan dari kita? Mungkin berupa motivasi atau ilmu baru yang begitu mereka nanti. Ini kenapa menjadi sebab bahwa memperbarui metode belajar itu harus. Sangat harus.
c. Kebutuhan Individu.
Ada murid yang merasa butuh dengan pelajaran tertentu saja. Jika kebanyakan dalam satu kelas tidak menyukai pelajaran tersebut, maka pembelajaran tidak bisa langsung dimulai dan harus dibimbing.

Mendengarkan pun harus secara utuh, yaitu dari sisi verbal (bahasa lisan) dan nonverbal (gerakan/gestur tubuh). Agar kita tahu apakah yang dia katakan dan gerak tubuhnya sesuai.
Dalam dunia pendidikan ada istilah Academic Stress yaitu stres akibat tekanan yang dialami murid selama di sekolah. Bentuk stres ini bermacam-macam, ada yang berupa tindakan positif seperti tidak bisa tidur di kelas (jika biasanya dia tidur) ada juga yang berupa tindakan negatif dengan meningkatnya durasi murid tidur di kelas.
Salah satu usaha yang bisa kita lakukan agar stres menjadi hal yang positif adalah dengan sedikit memberi tantangan pada beberapa tugas yang kita berikan. Dengan begitu mereka akan saling berkompetisi untuk mengerjakan tugas sebaik mungkin.
Stres terjadi apabila harapan eksternal dan harapan internal tidak diaplikasikan dengan kemampuan diri. Oleh karena itu kita sebagai pihak penyumbang harapan eksternal harus mengukur kemampuan murid yang kita amanahkan harapan tersebut. Dalam psikologi islam, segala hal itu harus diimbangi dengan pasrah/tawakal.

Saturday 5 December 2020

PENGARUH TIDAK ADANYA SALURAN PEMBUANGAN AIR (DRAINASE) PADA JALAN RAYA TERHADAP LINGKUNGAN

Pendahuluan
Jalan adalah sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah. Jenis-jenis jalan bermacam-macam ada jalan umum yaitu jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, jalan tol yaitu jalan umum yang mana penggunanya diwajibkan untuk membayar dan lain-lain. Jalan-jalan tersebut juga bisa dinamakan dengan jalan raya. 
Jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain. Biasanya jalan raya mempunyai ciri-ciri seperti digunakan untuk masyarakat umum, digunakan untuk kendaraan bermotor baik beroda empat maupun beroda dua dan biasanya jalan raya adalah jalan yang beraspal. Pada saat musim hujan, air tidak bisa langsung meresap ke dalam tanah dan perlu dibangun saluran air agar air tidak menggenang. Maka dari itu pembangunan selokan atau saluran pembuangan air sangat diperlukan agar tidak merugikan masyakarat.

Pembahasan
Di Indonesia terutama di daerah Ponorogo banyak jalan raya yang mengalami kerusakan. Sehingga dengan adanya kerusakan jalan tersebut membuat banyaknya angka kecelakaan. Kerusakan jalan tersebut dapat diakibatkan karena banyaknya genangan air yang menggenangi jalan setiap musim hujan, selain itu karena banyaknya kendaraan melebihi muatan yang melintasi jalan tersebut setiap hari dan lain sebagainya.
Genangan air yang terjadi di jalan raya tersebut diakibatkan karena tidak adanya saluran air ke tempat yang lebih rendah sehingga air susah untuk menyerap ke dalam tanah. Setiap jalan raya seharusnya dibangun saluran pembuangan air atau selokan untuk mengendalikan banjir ketika musim hujan dan mengalirkan air buangan rumah tangga ke tempat yang lebih aman sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
Menurut Suhardjono saluran air (drainase) adalah usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Daerah yang tidak mempunyai saluran air tersebut berada di jalan Ponorogo-Trenggalek tepatnya di desa Tamansari Sambit Ponorogo. Jalan raya tersebut tidak ada yang mempunyai saluran pembuangan. Sehingga saat musim hujan tiba jalanan tersebut menjadi banjir dan membahayakan bagi masyarakat terutama bagi pengguna jalan.
Tidak adanya drainase memiliki dampak terhadap lingkungan yaitu seperti menyebabkan banjir karena air tidak dapat mengalir ke tempat yang lebih rendah dan menggenang di pinggir jalan. Selain itu dapat menjadi sarang nyamuk yang menyebabkan penyakit DBD atau nyamuk malaria, menimbulkan kerusakan jalan yang memperbanyak angka kecelakaan, dapat menyebabkan diare, gatal-gatal dan lain sebagainya.

Sunday 3 November 2019

DI KALA SENJA [FIKSIMINIKU]

Di kala senja menyapa. Mentari seakan malu menampakkan sinarnya. Dan kini aku sedang melamun memikirkan dia yang telah pergi. Kemanakah dikau sang pujaan? Dapatkah kau kembali lagi dan menemani di sisiku? Kata-kata itu terus terlontarkan dari batinku. Semakin menyiksa hati yang telah rapuh ini. Dan seakan alam pun tau gundahnya hati yang kualami. Angin pun berhembus semakin kencang. Daun-daun berguguran dari ranting-ranting kecilnya

Tahukah engkau wahai alam, dia telah meninggalkanku tanpa pesan. Ku tak tahu kemana harus mencari. Apakah dia marah wahai alam? Apakah dia bosan kepadaku? Teringat kala itu, dia menyanjungku penuh kasih sayang. Lewat gerak bibirnya, ku tahu saat itu dia mengucapkan janji-janji manis. Janji yang dapat membawaku terbang melayang jauh. Janji yang juga dapat membawaku terlelap dalam mimpi indah. Kemanakah kau wahai pujaan? Aku rindu suara indahmu. Aku rindu akan leluconmu. Bisakah kau mendengar suara hatiku kini?

"Kumohon kalaupun  pada akhirnya kita tidak bersama, bisakah kita tetap menjadi teman biasa?"

Aku rela kau anggap aku teman layaknya spongebob dan patrick. Saling melengkapi dan saling menemani kala suka maupun duka. Walaupun tak mungkin, aku menggapaimu lagi. Karena keberadaanmu kini telah hilang dari penglihatanku. Hanya bayang-bayang wajahmu yang bisa kulihat. Dan kini matahari mulai terlelap. Ku langkahkan kaki menuju gubug mungilku. Ku sandarkan tubuh ini pada tembok yang penuh coretan namamu. Dan kuucap "Terimakasih alam kau telah setia mendengarkan secuil corehan hatiku sore ini"

From : Ihda

Tuesday 29 October 2019

PSIKOLOGI GESTALT

A. Max Wertheimer (1880 1943) 
Max Wertheimer dilahirkan di Praha dan belajar di beberapa sekolah sampai usia 18 tahun. Studi hukum ditempuhnya di Universitas Praha, lalu dia mengubah jurusannya ke filsafat, dan mengikuti kuliah-kuliab Ehrenfels, untuk selanjutnya meneruskan di Universitas Berlin guna mengejar karir pekexjjaan di bidang filsafat dan psikologi. Mendapatkan gelar doktoralnya pada 1904 di Universitas Wiizburg di bawah bimbingan Oswald Kiilpe. Dia menetap .di Universitas Frankfurt untuk mengajar dan melakukan riset, dan menerima gelar guru besar pada 1929. Selama Perang Dunia I, dia melakukan riset militer tentang alat-alat pendengaran untuk membentengi kapal selam dan pelabuhan. 
Selama tahun 1920-an di Universitas Berlin, menjadi masa keija paling produktif Wertheimer dalam mengembangkan psikologi Gestalt. Salah satu mahasiswanya masih ingat bahwa dind ing-dinding kantor Wertheimer dicat dengan warna merah cerah. Rupanya bagi Wertheimer cahaya yang terang dapat menstimulasi. Dia merasa bahwa “jika dinding-dinding sebuah ruangan berwarna kelabu atau hijau muda atau warna-warna yang muram, orang tidak akan bekerja sebaik jika dinding-dindingnya dicat dengan wama-wama yang menggairahkan seperti merah” (King & Wertheimer, 2005, hal. 188). 
Gaya mengajar Wertheimer juga menstimulasi, dan pencitraannya sangat jelas; sebagian mahasiswa merasa cara mengajarnya lebih mudah dipahami tetapi ada Juga yang menganggapnya tidak jelas dan membingungkan. Seorang mahasiswa lain, yang terpesona oleh semangat, antusiasme, dan keyakinan sang profesor, awalnya yakin bahwa hanya sedikit dari mereka yang mengerti tentang apa yang dibicarakan Wertheimer. “Bagi Saya khususnya. dibutuhkan waktu selama setengah tahun mengikuti kuliahnya sebanyak dua atau tiga kali seminggu baru Saya dapat mengikutinya. Ketika kami sudah dapat mengikutinya, kami sangat menyukainya! Seluruh hidup kami berubah, seluruh pandangan kami terhadap kehidupan berubah. Secara tiba-tiba, semuanya menjadi penuh warna dan hidup jadi bermakna” (King & Wertheimer, 2005, hal. 171). 
Kehidupan mahasiswa itu telah berubah secara signifikan. Pada usia 22 tahun dia menikahi dosennya yang berusia 43 tahun, meskipun sang dosen sudah memperingatkannya soal obsesinya terhadap pekerjaannya. “Kau harus selalu ingat,” katanya pada calon istrinya, “Aku akan selalu berada di mejaku. Aku akan selalu bekerja. Aku harus menciptakan teori Gestalt" (King &Wertheimer, 2005, hal. 172). Dia tidak membesar-besarkan. 
Pada 1921 Wertheimer, Koffka, dan Khler, dibantu oleh Kurt Golstein dan Hans Gruble, mendirikan jurnal Psychological Research, yang menjadi terbitan resmi aliran pemikiran psikologi Gestalt. Pemerintahan Nazi menangguhkan penerbitannya pada 1938, tetapi penerbitan dirangkum setelah perang pada 1949.Wertheimer adalah salah satu di antara kelompok pertama ilmuwan pelarian yang melarikan diri dari N azi Jerman ke Amerika Serikat, tiba di New York City pada 1933. Dia bergabung dengan New School of Social Research, tempat dan tetap menjadi anggota di sana sampai kematiannya 10 tahun kemudian. Meskipun tahun-tahunnya di Ame1ika produktif, dia mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan bahasa dan budaya baru.
Wertheimer telah memberikan kesan yang kuat kepada psikolog muda Abraham Maslow, yang rupanya sangat tertarik hingga dia mulai mempelajari karakteristik pribadi Wertheimer. Dari observasi terhadap Wertheimer dan beberapa orang lainnya, Maslow mengembangkan konsep aktualisasi diri dan di kemudian hari mengusung aliran pemikiran psikologi humanistik,
B. Kurt Koffka (1886 1941) 
Kurt Koffka lahir di Berlin, adalah seorang pendiri. psikologi Gestalt yang paling inovatif . Tertarik pada sains dan filsafat, dan menempuh pendidikan di Universitas Berlin. Dia belajar psikologi bersama Carl Stumpf, mendapatkan gelar Ph.D-nya pada 1909. Tahun berikutnya dia memulai kerja. samanya yang panjang dan produktif bersama Wertheimer dan K hler di Universitas Frankfurt. Koffka menulis: 
Kami saling menyukai secara pribadi, memiliki antusiasme yang sama, latar belakang yang sama. dan bertemu setiap hari untuk mendiskusikan segalanya di bawah cahaya matahari. .. [Aku ”masih dapat] merasakan pengalaman-pengalaman yang mendebarkan ketika aku menyadari apa makna [fenomena phi] yang sesungguhnya.... Kini dalam bentuk terakhirnya menjadi sebuah subyek yang dapat ditangani, ia [telah] memastikan langkah akhirnya memasuki sistem psikologi (dikutip dalam Ash. 1995, hal. 120, 131). 
Pada 1911, Koffka menerima sebuah posisi di Universitas Giessen, yang berjarak 40 mil dari Frankfurt, tempat dia menetap sampai tahun 1924. Selama Perang Dunia I. dia bekerja menangani para pasien yang mengalami gangguan otak dan penderita afasia di sebuah klinik psikiatrik. Setelah perang. mengetahui bahwa para psikolog Amerika telah mulai menyadari perkembangan psikologi Gestalt di Jerman, Koffka menulis sebuah artikel untuk jurnal Amerika Psychological Bulletin, yang berjudul “Perception: An Introduction to the Gestalt-Theorie” (Koffka, 1922). Dia menyampaikan konsep dasar psikologi Gestalt bersama dengan hasil-hasil dan implikasi dari riset yang cukup besar jumlahnya. 
Meskipun artikel tersebut penting sebagai sebuah penjelasan komprehensif pertama gerakan Gestalt untuk para psikolog di Amerika Serikat, tetapi ia mungkin telah membuat lebih banyak keburukan daripada kebaikan. Kata perception dalam judul tersebut menciptakan kesalahpahaman berkepanjangan bahwa psikologi Gestalt hanya berhubungan dengan masalah persepsi dan bahwa gerakan tersebut tidak ada relevansinya dengan bidang-bidang psikologi lainnya. Psikologi Gestalt sebetulnya lebih memfokuskan pada proses-proses kognitif, pada masalah berpikir, belajar, dan aspek-aspek lainnya dari pengalaman sadar. Psikolog Michael Wertheimer, putra dari Max Wertheimer. menjelaskan fokus awal Gestalt pada persepsi sebagai berikut: 
Alasan utama mengapa para psikolog Gestalt tahap awal mengkonsentrasikan publikasi sistematik mereka terhadap persepsi adalah karena Zeitgeist-nya: psikologi Wundt, yang menjadi obyek penentangan kalangan Gestaltis, telah mendapatkan sebagian besar dukungan dari studi-studi tentang sensasi dan persepsi. sehingga para psikolog Gestalt memilih persepsi sebagai arena agar dapat menyerang Wundt pada pijakannya yang paling kuat. (Michael Wertheimer, 1979, hal. 134). 
Pada 1921, Koffka menerbitkan Hie Growth of the Mind, sebuah buku tentang perkembangan psikologi anak yang meraih sukses besar baik di Jerman dan Amerika Serikat. Koffka mengajar sebagai dosen tamu di Universitas Cornell dan Universitas Wisconsin, dan pada 1927 dia mendapat posisi sebagai guru besar di Smith College di Northampton, Massachusetts, tempat dia menetap hingga akhri hayatnya pada 1941. Pada 1935. dia menerbitkan Principles of GestaIt Psychology, sebuah buku sulit yang tidak menjadi pernyataan definitif psikologi Gestalt seperti yang dimaksudkannya. 
C. Prinsip-prinsip Gestalt untuk Pengorganisasian Perseptual 
Wertheimer menyampaikan prinsip-prinsip pengorganisasian perseptual di dalam aliran psikologi Gestalt dalam sebuah makalah yangditerbitkan pada 1923. Pernyataan bahwa kita mempersepsikan obyek dalam cara yang sama dengan kita mempersepsikan gerakan kasatmata, sebagai suatu kesatuan utuh dan bukannya kluster-kluster sensasi individual. Prinsip-prinsip Gestalt ini pada intinya adalah aturan yang kita guna.. kan untuk mengatur dunia perseptual kita. 
Sebuah premis yang mendasarinya adalah bahwa pengorganisasian perseptual terjadi secara instan. manakala kita mengindera bentuk atau pola. Bagian-bagian yang terpisah dari bidang perseptual terhubung, bersatu untuk membentuk struktur-struktur yang berbeda dengan latar belakang mereka. Pengorganisasian perseptual bersifat spontan dan tak terhindarkan pada saat kita melihat atau mendengar. Biasanya, kita tidak harus belajar untuk me mbentuk pola-pola, seperti yang dinyatakan oleh kalangan asosiasionis, meskipun beberapa persepsi tingkat tinggi, seperti melabeli obyek dengan nama, memang tergantung pada pembelajaran. 
Menurut teori Gestalt, otak adalah sebuah sistem dinamis di mana semua elemen akan aktif pada saat ia berinteraksi. Area visual otak tidak merespon secara terpisah terhadap elemen-elemen satuan dari input visual. yang menghubungkan elemen-elemen ini dengan proses-proses asosiasi mekanis. Tetapi, elemen-elemen yang sama atau berdekatan cenderung akan digabungkan, dan elemen-elemen yang tidak sama atau terpisah jauh cenderung tidak digabungkan. 
Beberapa prinsip pengorganisasian perseptual adalah sebagai berikut :
1. Proksimitas. Bagian-bagian yang berdekatan dalam ruang dan waktu yang tampak seperti bersatu dan cenderung dipersepsikan sebagai satu kesatuan. Anda melihat beberapa lingkaran dalam tiga kolom ganda dan bukannya sebagai satu kumpulan besar.
2. Kontinuitas. Ada kecenderungan pada persepsi kita untuk mengikuti suatu arah. untuk menghubungkan eiemen-elemen dalam cara tertentu yang membuatnya terlihat seperti berkesinambungan atau mengalir dalam arah tertentu. Anda cenderung akan mengikuti kolom-kolom lingkaran kecil dari atas ke bawah.
3. Kesamaan. Bagian-bagian yang sama cenderung akan dilihat bersama membentuk sebuah kelompok. lingkaran dan titik masing-masing seperti menjadi satu bagian. dan Anda cenderung akan mempersepsikan baris-baris lingkaran dan. baris-baris titik ketimbang kolomnya. 
4. Penutupan. Ada kecenderungan di dalam persepsi kita untuk menyempurnakan gambar-gambar yang tidak sempurna, untuk mengisi celahcelah. Anda mempersepsikan tiga buah persegi meskipun gambarnya tidak sempurna.
5. Kesederhanaan. Kita cenderung melihat sebuah gambar menjadi sebaik mungkin di bawah kondisi-kondisi stimulus; psikolog Gestalt menyebut ini dengan pr gnanz atau bentuk yang baik. Sebuah Gestalt yang baik adalah simetris, sederhana, stabil, dan tidak dapat dibuat menjadi lebih sederhana atau lebih teratur lagi. Bentuk persegi adalah Gestaltyang baik karena ia dapat dipersepsikan dengan jelas, lengkap dan teratur. 
6. Rupa/lahan. Kita cenderung mengorganisir persepsi menjadi obyek yang dilihat (rupa) dan latar belakang yang menjadi tempat kehadirannya (lahan). Rupa tersebut terlihat lebih substansial dan lebih menonjol daripada latar belakangnya”. rupa dan lahannya berlawanan, Anda bisa melihat dua buah wajah atau sebuah vas, tergantung pada bagaimana persepsi Anda diorganisir. 
Prinsip-prinsip pengorganisasian ini sama sekali tidak tergantung pada proses-proses mental yang lebih tinggi atau pengalaman masalalu, tetapi dipresentasikan di dalam stimuli itu sendiri. Wertheimer menyebutnya faktor-faktor tepi, tetapi dia juga mengenal bahwa faktor-faktor sentral di dalam diri organisme memengaruhi persepsi. Sebagai contoh, misalnya. kita tahu bahwa proses-proses mental yang lebih tinggi dari familiaritas dan sikap dapat memengaruhi persepsi. Tetapi. secara umum, para psikolog Gestalt lebih memfokuskan perhatian pada faktor-faktor tepi dari Pengorganisiran perseptual ketimbang pada pengaruh pembelajaran atau Pengalaman. 
D. Teori Medan: Kurt Lewin (1890 1947) 
Kita telah melihat tren dalam sains abad kesembilan belas yang lebih banyak berpikir kerangka hubungan medan ketimbang kerangka atomistik dan elemenistik. Psikologi Gestalt mencerminkan tren ini. Teori medan muncul di dalam psikologi sebagai bagian dari konsep medan-medan kekuatan di dalam fisika. Dalam psikologi sekarang ini istilah teori medan biasanya merujuk pada gagasan-gagasan Kurt Lewin. Karya Lewin. memiliki orientasi Gestalt tetapi meluas melampaui posisi Gestalt ortodoks hingga mencakup kebutuhan manusia, kepribadian, dan pengaruh-pengaruh sosial terhadap perilaku. 
Kehidupan Lewin 
Kurt Lewin lahir di Mogilno, Jerman, dan me nempuh studi di Universitas Freiburg, Munich, dan Berlin. Dia menerima medan kekuatan: i2: gelar Ph.D-nya bidang psikologi dari Carl Stumpf di Berlin pada 1914, di mana dia juga belajar matematika dan fisika. Selama Perang Dunia I, Lewin bergabung dengan angkatan darat Jerman, terluka dalam sebuah aksi militer, dan menerima lencana Iron Cross Jerman. Dia kembali ke Universitas Berlin dan mendalami minatnya dalam riset Gestalt khususnya untuk masalah asosiasidan motivasi, begitu antusiasnya-hingga dia sering dianggap salah satu anggota pendiri Gestalt. Dia menyampaikan sebuah versi teori medannya di hadapan para psikolog Amerika dalam acara Kongres Psikologi Internasional di Yale pada 1929. 
Karena Lewin sudah dikenal di Amerika Serikat ketika dia menjadi dosen tamu di Stanford pada 1932. Tahun berikutnya. dia memutuskan untuk meninggalkan Jerman karena kekejaman Nazi. Dia menulis kepada Khler, “Saya kiniyakin bahwa tak ada pilihan lain bagi Saya selain pindah. meskipun ini akan menghancurkan hidup Saya" (dikutip dalam Benjamin. 1993; hal. 158, 160).37. Dia menghabiskan waktu dua tahun di Universitas Comell'dan kemudian pindah ke Universitas Iowa. Risetnya dalam bidang psikologi sosial anak, menuntun kepada undangan untuk membangun Research Center for Group Dynamics (Pusat Riset Dinamika Kelompok) . yang baru di Institut Teknologi Massachusetts.. Meskipun dia kemudian meninggal beberapa tahun setelah menerima. posisi tersebut, programnya begitu efektif hingga pusat riset ini, yang kini berlokasi di Universitas Michigan; tetap aktif sampai hari ini.
Ruang Kehidupan 
Sepanjang karir selama 30 tahun, Lewin mengabdikan dirinya kepada bidang motivasi manusia secara umum, menggambarkan perilaku manusia di dalam konteks fisik dan sosial keseluruhannya (Lewin, 1936, 1939). Secara keseluruhan konsepsi psikologinya bersifat praktis, memfokuskan pada persoalan-persoalan sosial yang memengaruhi bagaimana kita hidup dan bekerja. Dia berusaha memanusiakan berbagai macam pekeq'aan seharihari sehingga pekerjaan dapat menjadi sumber kepuasan pribadi dan bukan hanya sekedar menjadi suatu cara untuk mencari nafkah. 
Pengetahuan Lewin tentang teori medan dalam fisika menuntunnya untuk mempertimbangkan bahwa aktifitas-aktifitas psikologis seseorang texjadi di dalam semacam medan psikologis, yang disebutnya life space atau ruang kehidupan. Ruang kehidupan meliputi seluruh peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan yang memengaruhi kita. Dari sudut bandang psikologis, masing-masing dari semua peristiwa ini menentukan perilaku dalam suatu situasi tertentu. Karena itu, ruang kehidupan terdiri dari kebutuhan seseorang dalam interaksi dengan lingkungan psikologisnya. 
Sebuah ruang kehidupan menunjukkan berbagai derajat perkembangan sebagai sebuah fungsi seluruh dan berbagai macam pengalaman yang kita akumulasi. Karena seorang bayi tidak memiliki pengalaman, maka ia hanya memiliki beberapa macam wilayah saja dalam ruang kehidupannya. Orang dewasa yang berpendidikan tinggi dan intelek memiliki ruang kehidupan yang kompleks dan sangat beragam yang menunjukkan ragam pengalaman. 
Lewin menggunakan model matematika untuk menyampaikan konsepsi teoritisnya mengenai proses-proses psikologis. Karena dia lebih tertarik kepada individu (kasus tunggal) daripada kelompok atau performansi ratarata, analisis statistik tidak banyak berguna untuk tujuannya. Dia memilih topologi, dan sebuah bentuk geometri, untuk menggambarkan ruang kehidupan, menunjukkan tujuan-tujuan yang mungkin dicapai seseorang serta jalur yang menuntun kepada pencapaian tersebut pada saat tertentu. 
Di dalam peta-peta tipologisnya; yang digunakannya untuk menggambarkan diagram semua bentuk perilaku dan fenomena psikologis, Lewin menggunakan anak panah (vektor) untuk menyampaikan arah pergerakan seseorang menuju ke sebuah tujuan. Dia menambahkan pemikiran untuk menimbang pilihan (valensi) ini untuk merujuk kepada nilai positif atau negatif dari.obyek-obyek yang terdapat di dalam ruang kehidupan. Obyekobyek yang menarik atau memenuhi kebutuhan manusia memiliki valensi positif; obyek-obyek yang mengancam memiliki valensi negatif. Diagramdiagramnya kadang-kadang disebut sebagai “blackboard psychology (psikologi papan tulis). 
Dalam sebuah contoh sederhana yang ditampilkan dalam Gambar 12.2, seorang anak ingin pergi ke bioskop tetapi dilarang oleh ayah atau ibunya. Bangun elip ini mewakili ruang kehidupannya; C mewakili sang anak. Anak panahnya adalah vektor yang mengindikasikan bahwa C termotivasi terhadap tujuan untuk pergi ke bioskop, yang memiliki nilai positif. Garis vertikal adalah penghalang menuju ke tujuan, yang diciptakan oleh orang tua, dan memiliki valensi negatif. 
Motivasi dan Efek Zeigamik
Lewin mengusulkan sebuah kondisi keseimbangan atau ekuilibrium antara orang dan lingkungannya. Setiap gangguan terhadap ekuilibrium ini menuntun kepada ketegangan, yang pada gilirannya membawa kepada suatu upaya tindakan untuk melepaskan ketegangan dan mengembalikan keseimbangan. Sehingga. untuk menjelaskan motivasi manusia, Lewin yakin bahwa perilaku melibatkan sebuah siklus kondisi-ketegangan atau kondisi kebutuhan yang diikuti oleh aktifitas dan pelepasan. 
Sebuah eksperimen awal untuk menguji proposisi ini dilakukan oleh Bluma Zeigamik pada 1927 di bawah pengawasan Lewin. Subyek diberi serangkaian tugas dan dibiarkan untuk menyelesaikan sebagian dari tugas-tugas tersebut tetapi diinterupsi sebelum mereka menyelesaikan sisanya. Lcwin mcmbuat beberapa prediksi berikut: 
1. Sebuah sistem-ketegangan dibangun ketika para subyek diberi sebuah tugas untuk dilakukan. 
2. Ketika tugas tersebut diselesaikan, ketegangan hilang.  
3. Jika tugas tidak terselesaikan, ketegangan masih bertahan dan cenderung membesar sehingga para subyek akan mengingat tugas tersebut. 
Hasil-hasil yang diperoleh Zeigarnik menegaskan prediksi tersebut. Subyek mengingat tugas-tugas yang tidak terselesaikan dengan lebih siap daripada yang tidak terselesaikan. Sejak saat itu efek ini dikenal dengan nama efek Zeigarnik. Inspirasi Lewin untuk riset motivasi ini muncul ketika dia mengamati seorang pramusaji di sebuah kafe di seberangjalan di depan kantor Institute Psikologi di Berlin. Suatu malam, ketika mengadakan pertemuan di kafe tersebut dengan beberapa mahasiswa Pasca sarjananya. 
seseorang mengutarakan kekaguman terhadap kemampuan pramusaji kafe untuk mengingat apa yang dipesan semua orang tanpa mencatat apa pun. Kemudian setelah mereka membayar, Lewin memanggil pramusaji tersebut dan menanyakan apa yang sudah. mereka pesan. Dia menjawab dengan jengkel bahwa dia sudah tidak tahu lagi (Ash, 1995, hal 271). 
Begitu para pelanggan si pramusaji telah membayar, tugasnya telah selesai dan keteganganpun lenyap.Dia tak perlu lagi mengingat apa yang dipesan semua orang. 
Psikologi Sosial 
Ketertarikan Lewin terhadap psikologi sosial dimulai pada 1930-an. Upaya-upaya perintisnya dalam bidang ini cukup untuk menjustifikasi kedudukan. nya di dalam sejarah psikologi. F itur menonjol dari psikologi sosial Lewin adalah dinamika kelompok, aplikasi konsep-konsep psikologis pada perilaku individu dan kelompok. Sama seperti individu dan lingkungannya membentuk medan psikologis. demikian pula kelompok dan lingkungannya membentuk medan sosial. Perilaku-perilaku sosial muncul di dalam dan merupakan hasil koeksistensi entitas-entitas sosial seperti sub kelompok, anggota kelompok, kendala-kendala, dan saluran komunikasi. Perilaku kelompok pada suatu saat tertentu merupakan fungsi dari situasi medan secara keseluruhan. Lewin melakukan sejumlah studi perilaku dalam berbagai situasi sosial. Sebuah eksperimen yang kini digolongkan klasik melibatkan gaya kepemimpinan otoritarian, demokratis, dan Iaissez-faire di antara kelompok anak laki-laki (Lewin, Lippitt. & White, 1939). Hasilnya menunjukkan bahwa anak laki-laki dalam kelompok otoritarian menjadi sangat agresif. Mereka yang berada di dalam kelompok demokratis bersahabat antara satu sama lain dan dapat menyelesaikan lebih banyak tugas daripada anak-anak lelaki yang ada dalam dua kelompok lainnya. Riset Lewin mengawali beberapa bidang baru dalam riset sosial dan memacu perkembangan psikologi sosial. 
Selain itu, dia juga menekankan tentang riset aksi sosial, studi masalahrnasalah sosial-yang relevan dengan pandangan untuk memperkenalkan perubahan. Sebagai cermin kepedulian pribadinya terhadap masalah rasial, dia melakukan sejumlah studi komunitas di lingkungan perumahan yang terintegrasi, kesetaraan kesempatan kerja, serta perkembangan dan pencegahan prasangka pada masa kanak-kanak. Hasil karyanya telah mentransformasikan persoalan-persoalan kontroversial ini ke dalam studi-studi riset yang terkontrol, yang menerapkan keketatan metode eksperimental tanpa artifisialitas laboratorium akademis. 
Lewin mendorong diadakannya pelatihan sensitifitas bagi para pendidik dan pemimpin perusahaan untuk mengurangi konflik antar kelompok dan mengembangkan potensi individu. Kelompok-kelompok pelatihan sensitifitasnya (T-group) merupakan pelopor dari kelompok-kelompok pertemuan yang populer. pada 1960-an dan 1970-an. 
Secara umum, program-program eksperimental dan penemuan-penemuan riset Lewin lebih dapat diterima oleh kalangan psikolog dibandingkan . sejumlah pandangan teoritisnya. Pengaruhnya dalarn psikologi anak dan sosial sangat besar, dan banyak dari konsep-konsep dan teknik-tekniknya masih digunakan dalam studi-studi kepribadian dan motivasi hingga kiki. 
DAFTAR PUSTAKA

Schultz, Duane P., Schultz Sydney Ellen. 2016. SEJARAH PSIKOLOGI MODERN. Bandung: Peneribit Nusa Media

Sunday 27 October 2019

ANALISIS PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA

ANALISIS PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA

A. Latar Belakang
Remaja merupakan sebuah kata yang berakar dari Bahasa Latin, yaitu “adolescne” yang memiliki arti to grow atau untuk tumbuh (Golinko, 1984, Rice 1990 dalam Putro 2017 : 25). Sedangkan Menurut Papalia & Olds (dalam Putro 2017 : 25), masa remaja merupakan sebuh masa peralihan perekembangan yang dimulai antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa dan dimulai sekitar usia 12-20 tahun. Dalam proses peralihan ini turut terjadi perubahan-perubahan pada kognif, biogis, serta sosio emosional dari remaja. Untuk itu remaja memiliki suatu tugas pokok, yaitu persiapan diri untuk masuk ke dalam masa dewasa (Larson dkk, 2002). Pada masa remaja inilah seorang individu mulai mencari jati diri atau identitasnya, memiliki egosentrisme yang lebih tinggi, merasa ingin terbebas dari tuntutan orang tua, dan ingin meluangkan waktu yang banyak dengan teman sebayanya. Pada masa ini remaja sangat mudah untuk terpengaruh dengan lingkungannya, karena remaja memiliki tingkat emosional yang belum stabil dan ingin mencoba hal yang baru yang belum pernah ia lakukan.
Keinginan remaja untuk meluangkan waktu yang lebih banyak dengan teman sebayanya perlu diiringi dengan dukungan, pengawasan, dan perhatian dari orang tuanya. Hal ini dimaksudkan agar remaja tidak terjerumus oleh ajakan teman sebayanya untuk melakukan hal-hal yang bersifat negative. Namun apabila pada masa remaja, seorang individu tidak mendapat dukungan, pengawasan, dan perhatian dari orang tuanya atau keluarganya maka remaja akan dengan mudah untuk terjerumus ke dalam hal-hal yang negative akibat dari pengaruh lingkungannya, baik teman sebayanya maupun lingkungan sosial lainnya. Contoh dari hal negative tersebut, yaitu perilaku seks pranikah. 
Perlu diketahui bahwa pada masa remaja, seorang individu ingin mengembangkan rasa cinta atau membangan hubungannya dengan lawan jenis sebagai suatu ciri dari perkembangan psikologis pada masa remaja. Sedangkan remaja juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu hal yang belum pernah ia coba. Untuk itu ketika telah beranjak remaja, seorang individu ingin melakukan hal yang belum pernah ia lakukan ketika menjalani masa kanak-kanak, yaitu pacaran sebagai cerminan dari pengembangan hubungannya dengan lawan jenis. Sehingga dengan adanya kedua factor tersebut, ditambah lagi factor dari ajakan teman sebaya yang mendorong untuk melakukan hal negative dan pengawasan dari orang tua yang kurang, maka tidak menuntut kemungkinan seorang remaja akan terjerumus untuk melakukan seks pranikah.
Menurut Kartono dan Gulo (1987), perilaku sekssual merupakan suatu perbuatan yang berkaitan dengan peran-peran reproduksi yang merangsang alat-alat reproduksi dan daerah intim. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pranikah berasal dari penggalan kata “pra”, yang memiliki arti “sebelum”. Dan kata “nikah” memiliki arti kesepakatan antara laki-laki dan perempuan untuk menjalin hubungan suami istri secara sah atau resmi. Secara utuh pranikah merupakan suatu hal yang berlangsung sebelum adanya suatu kesepakatan untuk menjalin hubungan sebagai suami istri yang sah dan resmi. Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seorang laki-laki dan perempuan yang mendorong mereka untuk berhubungan secara intim dengan melibatkan keterangsangan dari alat-alat reproduksi mereka dengan tujuan untuk mendapatkan kenikmatan seksual yang dilakukannya sebelum adanya kesepakatan untuk menjadi suami istri yang sah dan resmi.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang akan dibahas yaitu masalah seks pranikah pada remaja. Perilaku seks pranikah pada remaja merupakan permasalahan yang sering dijumpai di dalam masyarakat dan bukan merupakan suatu hal yang tabu seperti zaman dahulu sebelum masa modern. Berdasarkan survei BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) pada tahun 2012 menyatakan bahwa 48,1% remaja yang tinggal di kota besar di Indonesia telah melakukan seks pranikah. Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) menyatakan bahwa kurang lebih 2% remaja perempuan dan kurang lebih 8% remaja laki-laki yang berusia 15-24 tahun telah melangsungkan hubungan seksual pranikah, serta 11% lainnya mengalami kehamilan di luar nikah. Data nasional menyatakan bahwa setengah dari jumlah remaja yang ada saat ini telah melakukan hubungan seks mulai usia 15-19 tahun. Tingkat aborsi yang dilakukan remaja sebanyak 800 ribu kali. Hal ini menunjukkan bahwa masalah seks pranikah merupakan masalah serius yang harus ditangani oleh pemerintah agar jumlah remaja yang melakukan seks pranikah tidak bertambah banyak dari tahun ke tahun.
Menurut Kusmiran (dalam Dewi dan Wirakusuma, 2017: 50), ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku seksual yaitu karena remaja mengalami perubahan dari segi biologis yang terjadi pada masa pubertas, kurang adanya peran orangtua untuk membahas masalah seksual melalui komunikasi, pengetahuan remaja yang masih rendah akan bahayanya perilaku seks pranikah, pengaruh dari teman sebaya yang dapat menyebabkan remaja melakukan perilaku seksual.
Penyebab lain remaja melakukan perilaku seks pranikah, yaitu karena semakin berkembangnya teknologi masa kini yang mudah diakses oleh siapapun  yang menjurus  penyalahgunaan untuk mengakses situs yang berhubungan dengan perilaku seksual. Menurut Supriati (dalam Indrijati, 2017: 45), menyatakan bahwa hasil Statistics by Family Safe Media terdapat 4,2 juta situs yang berisi perilaku seksual, selain itu diketahui terdapat 68 juta pencarian situs-situs tersebut pada mesin pencari di internet. Sebagian besar hal tersebut dilakukan oleh remaja tetapi dengan tujuan mencari materi pornografi untuk tugas sekolah. Hal tersebut dapat mengakibatkan remaja semakin penasaran dan terjebak isi situs-situs yang seharusnya tidak pantas untuk dipertontonkan pada remaja.
Seks pranikah juga memiliki dampak dan pengaruh pada remaja yang melakukannya. Misalnya harga diri atau sel-esteem remaja yang tercoreng karena perilaku seks pranikah. Selain itu, sekali remaja tersebut melakukan perilaku seksual dapat menjadikan remaja melakukannya lagi pada waktu selanjutnya, remaja juga dapat terjebak pada pergaulan bebas yang membawa remaja kepada perilaku yang lebih buruk dan berbahaya, remaja menjadi tidak fokus dalam belajar, remaja yang melakukan perilaku tersebut akan dianggap rendah oleh teman-temannya, dan hamil diluar nikah. Selain itu dampak yang paling buruk akibat perilaku seks pranikah yaitu, menyebabkan remaja mengidap HIV AIDS. Berdasarkan Data Kementerian Kesehatan RI, terjadi peningkatan kasus HIV AIDS setiap tahunnya. Dilansir pada tahun 2009 terdapat 3.863 kasus AIDS, pada tahun 2010 ditemukan sekitar 4.917 kasus AIDS, dan pada tahun 2011 terdapat 1.805 kasus AIDS. Untuk itulah agar tidak terjadi dampak-dampak tersebut, maka penyebab-penyebab dari remaja yang melakukan perilaku seks pranikah harus diatasi sedini mungkin.


C. Tinjauan Teoritis

Seperti yang telah dibahas dalam identifikasi masalah tersebut, bahwa perilaku seks pranikah memiliki dampak yang buruk bagi remaja, seperti menurunnya tingkat harga diri atau self esteem remaja, membuat remaja menjadi kecanduan terhadap perilaku seks, terjebak dalam pergaulan bebas, tidak fokus belajar dan sekolah, dan dipandang rendah oleh teman-temannya. Menurut survey dari BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) yang dilakukan pada tahun 2012, menyatakan bahwa 41,8% para remaja yang bertempat tinggal di kota besar yang berada di Indonesia telah melangsungkan hubungan seksual pranikah. Survey yang sama dilakukan oleh Survey Demografi dan Kesehatan Indoneia (SDKI) yang menunjukkan bahwa kurang lebih 2% dari remaja perempuan yang berusia 15-24 tahun dan kurang lebih 8% dari remaja laki-laki yang memiliki usia yang sama telah melaksanakan hubungan seksual pranikah dan 11% lainnya telah mengalami kehamilan di luar ikatan pernikahan. 
Terdapat beberapa factor yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seks pranikah. Selain itu mudahnya remaja dalam mengakses konten yang berisi pornografi sebagai akibat dari berkembangnya teknologi juga mendorong remaja untuk menirunya. Menurut Supriyati (dalam Indrijati, 2017 : 45), mengemukakan bahwa hasil dari Statistic by Family Safe Media ditemukan 4,2 juta situs yang berisi konten pornografi, selain itu ditemukan 68 juta pengunjung situs pornografi tersebut di halaman pencarian internet. Mirisnya, sebagian besar pengunjung sitis tersebut adalah remaja dngan alasan mengunjungi situs tersebut untuk tugas sekolah.
Menurut Bandura (dalam Fareza, 2016 :18), terdapat tiga factor utama yang digunakan individu dalam mempresentasikan suatu pengalaman secara kognitif yang disajikan dalam model deterministic resipkoral, yaitu perilaku, kognitif, serta lingkungan. Ketiga factor ini saling berinteraksi ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Jika dikaitkan dengan kasus perilaku seks pranikah yang terjadi pada remaja, maka ketiga factor tersebut dapat saling berkaitan dan dapat dikatakan juga sebagai penyebab terjadinya perilaku seks pranikah. Yang pertama yaitu factor kognitif mempengaruhi perilaku, di mana remaja kurang memiliki pengetahuan mengenai seks sehingga mereka menjadi mudah terjerumus ke dalam perilaku seks bebas. Yang kedua yaitu factor perilaku mempengaruhi lingkungan, di mana teman sebaya yang mengajak remaja untuk melakukan seks bebas yang pada akhirnya perilaku seks bebas tersebut terus-menerus ditularkan kepada teman-temannya yang lain. Sehingga lingkungan sosial remaja sangat erat dengan perilaku seks bebas. Yang ketiga yaitu lingkungan mempengaruhi perilaku, di mana dengan lingkungan yang erat dengan perilaku seks bebas, maka perilaku remaja akan meniru atau mengikuti dari perilaku seks bebas yang dilakukan oleh lingkungannya.
Berdasarkan teori belajar sosial (social learning) Albert Bandura yang menyatakan bahwa situasi lingkungan dapat berkontribusi dan merawat respon tertentu dalam diri individu (dalam Fareza, 2016 : 18). Dapat dikatakan bahwa teori ini menjelaskan perilaku individu didapat melalui hasil belajar terhadap pengamatan yang dilakukannya terhadap perilaku individu lain, di mana individu melakukan peniruan terhadap perilaku tersebut meskipun tanpa adanya suatu penguatan atau reinforcement. Remaja melakukan modelling atau peniruan terhadap perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh teman sebayanya dan karena ia telah melihat konten pornografi dari internet. Dari hasil peniruan tersebut maka remaja akan merasakan sebuah kenikmatan seksual, di mana hal itu merupakan sebuah reward yang akan membuat remaja menjadi mengulanginya lagi secara terus-menerus perilaku seks pranikah tersebut. Karena hal itulah banyak terjadi kehamilan di luar pernikahan yang pada akhirnya para remaja melakukan aksi nekat berupa aborsi. Sesusai data nasional yang menyatakan bahwa tingkat remaja yang melakukan aborsi, yaitu sebanyak 800 ribu kali.
Sebenarnya masa remaja memang merupakan masa di mana seorang individu mulai tertarik dan ingin menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Pada masa remaja ini biasanya seorang individu mengembangkan jenis cinta membara (passionate love) terhadap lawan jenisnya. Menurut Aron dkk (dalam Baron & Byrne : 2005), passionate love terkait dengen emosional intens yang tidak wajar terhadap lawan jenis. Secara umum passionate love ini digambarkan sebagai kombinasi antara keterangsangan, minat seksual, keinginan untuk dapat dekat secara fisik, serta keinginan agar dicintai oleh lawan jenisnya. Untuk itulah dalam menjalin hubungan dengan lawan jenisnya, seorang remaja memiliki ketertarikan untuk melibatkan minat seksualnya. Menurut Mayers & Berscheid (dalam Baron & Byrne : 2005) menyatakan bahwa minat seksual atau ketertarikan seksual merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak hanya sekedar untuk menjalin cinta saja. Maksud dari pernyataan tersebut diperjelas lagi oleh Regan (dalam Baron & Byrne : 2005), yaitu bahwa remaja dapat memiliki ketertarikan seksual tanpa merasakan jatuh cinta, namun remaja tidak mungkin merasakan jatuh cinta tanpa adanya ketertarikan seksual. Oleh sebab itulah remaja menjadi sangat mudah untuk terjerumus ke dalam lingkaran perilaku seks pranikah.
Walaupun pada masa remaja merupakan masa di mana individu ingin menjalin hubungan cinta dengan lawan jenisnya, namun perlu untuk ditegaskan bahwa dalam masa tersebut seorang remaja harus menjauhi perilaku seks pranikah. Karena hal itu berdampak besar bagi kehidupan remaja. Dampak yang paling besar, yaitu remaja dapat mengidap HIV AIDS. Di mana penyakit tersebut dapat tertular karena melakukan hubungan intim selama berkali-bekali dengan lawan jenis. Menurut Data Kementerian Kesehatan RI, kasus HIV AIDS setiap tahunnya selalu meningkat. Pada tahun 2009 terjadi 3.863 kasus ini. Sedangkan puncaknya terjadi pada tahun 2010 yang mencapai angka 4.917 kasus. Dan pada tahun 2011 terjadi 1.085 kasus. Selain dampak tersebut, dampak lain dari perilaku seks pranikah yaitu, remaja menjadi terlibat dalam kasus pergaulan bebas, menurunnya harga diri atau self esteem pada remaja, menjadi tidak focus terhadap sekolah dan belajar, citra diri remaja yang dianggap rendah oleh teman-temannya, serta kasus kehamilan di luar pernikahan. Untuk itulah perlu adanya pengawasan dan perhatian dari orang tua dan keluarga agar remaja tidak terlibat dalam perilaku seks pranikah. Selain dukungan dari orang tua, dukungan dari pemerintah dan pihak sekolah juga harus tersalurkan dengan melakukan pengawasan atau strategi baru yang dapat mecegah terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja. 

D. Strategi Penanganan Masalah
Masalah seks pranikah pada remaja menjadi masalah yang marak terjadi pada saat ini. Kebanyakan remaja masa kini sangat mudah terpengaruh untuk melakukan seks pranikah. Mereka melakukan hal tersebut tanpa memikirkan risiko yang akan diperoleh, baik bagi dirinya sendiri maupun keluarganya.  Mereka hanya memikirkan kenikmatan sesaat yang ia peroleh dari tindakan tersebut. Karena itulah perilaku seks pranikah menjadi penyakit remaja yang mudah untuk ditularkan dari satu remaja ke remaja yang lain. Akan tetapi penanganan dari masalah seks pranikah pada remaja kurang mampu mengurangi masalah tersebut. Salah satu bentuk kecilnya, yaitu kurangnya pengawasan dan pengetahuan mengenai seks dari orang tua kepada anaknya. Mengingat bahwa keluarga terutama orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anaknya dalam memberikan pendidikan. Selain itu, lembaga pendidikan teman sebaya, dan lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah pada remaja. 
  Sebenarnya, peran pemerintah juga dibutuhkan dalam menangani masalah seks pranikah pada remaja. Menurut Arist Merdeka Sirait selaku ketua Komnas PA (Perlindungan Anak) dilansir dari berita di https://www.republika.co.id, pemerintah dinilai kurang memperhatikan masalah seks pranikah pada remaja. Selain itu, menurutnya pemerintah memiliki peran yang kurang maksimal dalam menangani masalah seks pranikah pada remaja, sehingga perilaku seks pranikah pada remaja banyak terjadi. Salah satu contoh bentuk peran pemerintah dalam menangani masalah perilaku seks pranikah, yaitu dengan menciptakan Peraturan Daerah atau Perda mengenai Pembinaan Generasi Muda yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tolikara, Papua. Kemudian Perda tersebut disosialisasikan kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Tolikara agar peraturan tersebut dapat dipatuhi dan dijalani, sehingga dapat menekan tumbuhnya perilaku seks pranikah pada remaja. Akan tetapi peraturan ini haruslah didukung oleh peraturan hokum yang tegas, supaya remaja memiliki rasa takut untuk melakukan perilaku seks pranikah. Bentuk penanganan yang seperti inilah yang seharusnya lebih dikembangkan dan lebih dipertegas lagi di setiap lembaga pemerintahan dan harus didukung oleh lembaga hokum untuk dapat membuat efek jera bagi para remaja yang melakukan seks pranikah. 
Sebenarnya pemerintah dan lembaga-lembaga terkait lainnya (seperti lembaga kepolisian) memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam pemberian perlindungan khusus pada anak. Pernyataan tersebut tertera dalam pasal 59 UU No 35 tahun 2014 mengenai Perlindungan Anak. Selain itu terdapat pula Undang-undang yang mengatur mengenai Hak Asasi Manusia (HAM), seperti yang tertera dalam UU No 39 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1 yang menyatakan bahwa HAM merupakan berbagai hak yang terdapat dalam diri manusia yang wajib untuk mendapatkan penghormatan dan perlindungan dari pemerintah, negara, hokum, serta setiap individu lain dalam rangka menghormati dan melindungi diri manusia atau individu lain. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, seharusnya pemerintah dan lembaga lainnya yang terkait lebih menekankan dan menegaskan peraturan mengenai larangan bagi remaja dalam melakukan perilaku seks pranikah. Perlu diketahui bahwa perilaku seks pranikah merupakan perilaku yang melanggar Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dikarenakan masa remaja merupakan masa tumbuh kembang, di mana seorang remaja seharusnya berpikir dan berusaha untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya. Bukan untuk mngembangkan perilaku menyimpang, seperti perilaku seks pranikah. Apalagi perilaku seks tersebut dilakukan di luar pernikahan. Tentu saja apabila buah dari perilaku seks tersebut menimbulkan kehamilan di luar pernikahan, maka akan menyebabkan masalah yang lebih panjang lagi. Seperti terjadinya aborsi, gangguan psikologis dari remaja yang belum menjadi seorang ayah atau ibu, rendahnya harga diri atau self esteem dari remaja, dan berdampak pada tercemarnya nama baik remaja bahkan keluarganya.
Selain pemerintah dan lembaga hokum atau kepolisian, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga memiliki peran dalam penanganan masalah perilaku seks pranikah pada remaja. Peran KPAI yang terkait dengan perilaku seks pranikah pada remaja tersebut tertera dalam UU No 35 Tahun 2014 Pasal 76, yaitu : a) mengawasi terlaksananya pemenuhan dan perlindungan hak anak; b) pemberian usulan dan masukan dalam rangka merumuskan kebijakan mengenai pelaksanaan perlindungan anak; c) bekerja sama dengan lembaga masyarakat yang bergerak pada bidang perlindungan anak. Untuk itulah, KPAI juga perlu untuk memaksimalkan perannya dalam menangani masalah perilaku seks pranikah pada remaja. Bentuk penekanan dari setiap peran KPAI tersebut dapat berupa : a) melakukan pemantauan terhadap kasus-kasus seks bebas pada remaja yang terjadi dengan ikut serta dalam penanganan kasus tersebut; b) mencurahkan ide-ide baru yang lebih inovatif yang dapat diaplikasi dalam pencegahan perilaku seks bebas pada remaja yang kemudian ide-ide tersebut disalurkan pada lembaga pemerintah atau lembaga lain yang terkait untuk dapat dijalankan; c) membangun kerja sama dengan lembaga masyarakat, seperti mendirikan rumah sehat bebas seks pranikah. Di mana dalam rumah sehat bebas seks pranikah tersebut perlu didirikan di setiap desa. Dalam rumah sehat tersebut, seluruh yang tinggal di desa harus didaftar dan setiap minggunya wajib untuk hadir dalam kegiatan rumah sehat. Kegiatan-kegiatan yang diberikan dalam rumah sehat tersebut berupa pemberian ketrampilan menjahit, melukis, otomotif, memasak, dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi dari remaja masing-masing. Sehingga remaja memiliki ketertarikan pada hal-hal yang positif dan mengisi hari liburnya dengan hal yang positif serta dapat meninggalkan perilaku seks pranikah.

Berdasarkan identifikasi masalah dan tinjauan teori yang telah dijabarkan, maka untuk dapat menangani masalah perilaku seks pranikah pada remaja memerlukan beberapa cara atau strategi.

E. Penutup

Perilaku seks pranikah merupakan suatu perilaku yang menyimpang, di mana seorang laki-laki dan seorang perempuan melakukan suatu hubungan intim yang melibatkan suatu keterangsan dan alat-alat reproduksi yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah kenikmatan seksual dan dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan. Biasanya perilaku seks pranikah terjadi pada remaja, karena seorang remaja belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai masalah seksualitas, terjadinya perubahan secara biologis pada remaja, kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua, adanya ajakan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks pranikah, serta mudahnya remaja dalam mengakses konten pornografi. Hal-hal tersebut merupakan factor penyebab dari timbulnya perilaku seks pranikah pada remaja. Selain itu untuk dapat menganalisis factor lain sebagai penyebab timbulnya perilaku seks pranikah dapat menggunakan teori belajar sosial (social learning) milik Bandura, di mana perilaku individu terbentuk melalui pengamatannya terhadap perilaku dari individu lain. Sedangkan untuk dapat menganalisis proses terjadinya perilaku seks pranikah dapat menggunakan model deterministic resipkoral Bandura yang terdiri dari tiga factor yang biasanya digunakan individu dalam mempresentasikan pengalaman kognitifnya, yaitu perilaku, kognitif, dan lingkungan yang ketiganya saling berinteraksi dalam proses pembelajaran dapat dijadikan teori untuk menganalisis proses terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja.
Pada dasarnya pada masa remaja seorang individu ingin menjalin hubungan cinta dengan lawan jenisnya. Biasanya tipe cinta yang dikembangkan oleh remaja, yaitu cinta membara (passionate love), di mana cinta yang dirasakan oleh remaja berhubungan dengan seksualitas. Sehingga jika remaja tidak bisa mengendalikan dirinya, maka ia akan melakukan hubungan seks pranikah yang akan berdampak terhadap kehidupannya. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks pranikah, yaitu menurunnya harga diri atau self esteem, tidak focus belajar dan sekolah, citra diri menjadi rendah, hamil di luar ikatan pernikahan, serta mengakibatkan HIV AIDS. 
DAFTAR PUSTAKA

Azinar, Muhammad. 2013. Perilaku Seksual Pranikah Berisiko terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2): 153-160.
Azizah, Nur Khdijah. 2018. Gunung Es Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4249233/gunung-es-perilaku-seks-pranikah-di-kalangan-remaja. Diakses tanggal 23 Maret 2019.
Baron, Robert A. & Byrne. 2005. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Dewi, Ni Luh Putu Rustiari & IB Wirakusuma. Pengetahuan dan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja SMA di Wilayah Kerja PuskesmasTampaksiring 1. E-Jurnal Medika, 6(10): 50-54.
Fahreza, Febry. 2016. Analisis Kecakapan Sosial Siswa di SD Negeri 026793 Kecamaran Binjai Utara Kota Binjai. Jurnal Bina Gogik, 3(2): 16-24.
Indrijati, Herdina. 2017. Penggunaan Internet dan Perilaku Seksual Pranikah Remaja. Prosiding Temu Ilmiah X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia. Semarang: 22-24 Agustus 2017. 44-51.
Pratama, Egy, Sri Hayati & Eva Supriatin. 2014. Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Pendidikan Seks dengan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di SMA Z Kota Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan, 2(2): 149-156.
Santrock, John W. 2007. Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Setiawan, Roni & Siti Nur Hidayah. 2008. Pengaruh Pacaran terhadap Perilaku Seks Pranikah. Jurnal Soul, 1(2): 60-72.



Wednesday 16 December 2015

Matriks Kelas X SMA

Materi Kelas X Matriks Kurikulum 2013

Jenis-jenis matriks
a.  Matriks Baris
Matriks baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris saja. Biasanya, ordo
matriks seperti ini, 1 × n, dengan n banyak kolom pada matriks tersebut.

b.  Matriks Kolom
Matriks kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom saja. Matriks kolom
berordo m × 1, dengan m banyak baris pada kolom matriks tersebut.

c.  Matriks Persegi panjang
Matriks persegipanjang adalah matriks yang  banyak barisnya tidak sama dengan
banyak kolomnya. Matriks seperti ini memiliki ordo m × n.

d.  Matriks Persegi
Matriks persegi adalah matriks yang mempunyai banyak baris dan kolom sama.
Matriks ini memiliki ordo n × n.

e.  Matriks Segitiga
Mari kita perhatikan matriks F dan G berordo 4 × 4. Jika terdapat pola susunan
pada suatu matriks persegi, misalnya:

f.  Matriks Diagonal
Dengan memperhatikan konsep matriks segitiga di atas, jika kita cermati
kombinasi pola tersebut pada suatu matriks persegi,

g.  Matriks Identitas
Mari kita cermati kembali matriks persegi dengan pola seperti matriks berikut
ini.

MEMAHAMI OPERASI SEDERHANA MATRIKS SERTA MENERAPKANNYA DALAM PEMECAHAN MASALAH


Penjumlahan DuaMatriks

Dua matriks dapat dijumlahkan hanya jika memiliki ordo yang sama. Ordo matriks hasil penjumlahan dua matriks adalah sama dengan memiliki ordo yang sama dengan matriks yang dijumlahkan

Pengurangan DuaMatriks

Rumusan penjumlahan dua matriks di atas dapat kita terapkan untuk memahami
konsep pengurangan  matriks A dengan matriks B.

Misalkan A dan B adalah matriks-matriks berordo m × n. Pengurangan matriks
A dengan matriks B didefinisikan sebagai jumlah antara matriks A dengan lawan dari
matriks –B, ditulis:

A – B = A + (–B).

Matriks –B dalam merupakan matriks yang elemennya berlawanan dengan setiap
elemen yang bersesuaian matriks B.

Perkalian Suatu Bilangan Real denganMatriks

Dalam aljabar matriks, bilangan real k sering disebut sebagai skalar. Oleh karena
itu perkalian real terhadap matriks juga disebut sebagai perkalian skalar dengan
matriks.
  Sebelumnya, pada kajian pengurangan dua matriks, A – B = A + (–B), (–B) dalam
hal ini sebenarnya hasil kali bilangan –1 dengan semua elemen matriks B. Artinya,
matriks (–B) dapat kita tulis sebagai:

–B = k.B, dengan k = –1.