provilllleeeee


kenapa harus menangis selama masih bisa tersenyum?
kenapa harus airmata yang keluar saat sedih mulai menyapa?

Lihatlah keluar,
di sana masih banyak yang lebih susah darimu
lihat mereka,
pikirkanlah, sebelum kamu bersedih
selalu bersyukur dengan apa yang kita dapatkan





About

Jambu busuk di bawah tangga.Baunya menyengat hidung.

Tuesday 29 October 2019

PSIKOLOGI GESTALT

A. Max Wertheimer (1880 1943) 
Max Wertheimer dilahirkan di Praha dan belajar di beberapa sekolah sampai usia 18 tahun. Studi hukum ditempuhnya di Universitas Praha, lalu dia mengubah jurusannya ke filsafat, dan mengikuti kuliah-kuliab Ehrenfels, untuk selanjutnya meneruskan di Universitas Berlin guna mengejar karir pekexjjaan di bidang filsafat dan psikologi. Mendapatkan gelar doktoralnya pada 1904 di Universitas Wiizburg di bawah bimbingan Oswald Kiilpe. Dia menetap .di Universitas Frankfurt untuk mengajar dan melakukan riset, dan menerima gelar guru besar pada 1929. Selama Perang Dunia I, dia melakukan riset militer tentang alat-alat pendengaran untuk membentengi kapal selam dan pelabuhan. 
Selama tahun 1920-an di Universitas Berlin, menjadi masa keija paling produktif Wertheimer dalam mengembangkan psikologi Gestalt. Salah satu mahasiswanya masih ingat bahwa dind ing-dinding kantor Wertheimer dicat dengan warna merah cerah. Rupanya bagi Wertheimer cahaya yang terang dapat menstimulasi. Dia merasa bahwa “jika dinding-dinding sebuah ruangan berwarna kelabu atau hijau muda atau warna-warna yang muram, orang tidak akan bekerja sebaik jika dinding-dindingnya dicat dengan wama-wama yang menggairahkan seperti merah” (King & Wertheimer, 2005, hal. 188). 
Gaya mengajar Wertheimer juga menstimulasi, dan pencitraannya sangat jelas; sebagian mahasiswa merasa cara mengajarnya lebih mudah dipahami tetapi ada Juga yang menganggapnya tidak jelas dan membingungkan. Seorang mahasiswa lain, yang terpesona oleh semangat, antusiasme, dan keyakinan sang profesor, awalnya yakin bahwa hanya sedikit dari mereka yang mengerti tentang apa yang dibicarakan Wertheimer. “Bagi Saya khususnya. dibutuhkan waktu selama setengah tahun mengikuti kuliahnya sebanyak dua atau tiga kali seminggu baru Saya dapat mengikutinya. Ketika kami sudah dapat mengikutinya, kami sangat menyukainya! Seluruh hidup kami berubah, seluruh pandangan kami terhadap kehidupan berubah. Secara tiba-tiba, semuanya menjadi penuh warna dan hidup jadi bermakna” (King & Wertheimer, 2005, hal. 171). 
Kehidupan mahasiswa itu telah berubah secara signifikan. Pada usia 22 tahun dia menikahi dosennya yang berusia 43 tahun, meskipun sang dosen sudah memperingatkannya soal obsesinya terhadap pekerjaannya. “Kau harus selalu ingat,” katanya pada calon istrinya, “Aku akan selalu berada di mejaku. Aku akan selalu bekerja. Aku harus menciptakan teori Gestalt" (King &Wertheimer, 2005, hal. 172). Dia tidak membesar-besarkan. 
Pada 1921 Wertheimer, Koffka, dan Khler, dibantu oleh Kurt Golstein dan Hans Gruble, mendirikan jurnal Psychological Research, yang menjadi terbitan resmi aliran pemikiran psikologi Gestalt. Pemerintahan Nazi menangguhkan penerbitannya pada 1938, tetapi penerbitan dirangkum setelah perang pada 1949.Wertheimer adalah salah satu di antara kelompok pertama ilmuwan pelarian yang melarikan diri dari N azi Jerman ke Amerika Serikat, tiba di New York City pada 1933. Dia bergabung dengan New School of Social Research, tempat dan tetap menjadi anggota di sana sampai kematiannya 10 tahun kemudian. Meskipun tahun-tahunnya di Ame1ika produktif, dia mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan bahasa dan budaya baru.
Wertheimer telah memberikan kesan yang kuat kepada psikolog muda Abraham Maslow, yang rupanya sangat tertarik hingga dia mulai mempelajari karakteristik pribadi Wertheimer. Dari observasi terhadap Wertheimer dan beberapa orang lainnya, Maslow mengembangkan konsep aktualisasi diri dan di kemudian hari mengusung aliran pemikiran psikologi humanistik,
B. Kurt Koffka (1886 1941) 
Kurt Koffka lahir di Berlin, adalah seorang pendiri. psikologi Gestalt yang paling inovatif . Tertarik pada sains dan filsafat, dan menempuh pendidikan di Universitas Berlin. Dia belajar psikologi bersama Carl Stumpf, mendapatkan gelar Ph.D-nya pada 1909. Tahun berikutnya dia memulai kerja. samanya yang panjang dan produktif bersama Wertheimer dan K hler di Universitas Frankfurt. Koffka menulis: 
Kami saling menyukai secara pribadi, memiliki antusiasme yang sama, latar belakang yang sama. dan bertemu setiap hari untuk mendiskusikan segalanya di bawah cahaya matahari. .. [Aku ”masih dapat] merasakan pengalaman-pengalaman yang mendebarkan ketika aku menyadari apa makna [fenomena phi] yang sesungguhnya.... Kini dalam bentuk terakhirnya menjadi sebuah subyek yang dapat ditangani, ia [telah] memastikan langkah akhirnya memasuki sistem psikologi (dikutip dalam Ash. 1995, hal. 120, 131). 
Pada 1911, Koffka menerima sebuah posisi di Universitas Giessen, yang berjarak 40 mil dari Frankfurt, tempat dia menetap sampai tahun 1924. Selama Perang Dunia I. dia bekerja menangani para pasien yang mengalami gangguan otak dan penderita afasia di sebuah klinik psikiatrik. Setelah perang. mengetahui bahwa para psikolog Amerika telah mulai menyadari perkembangan psikologi Gestalt di Jerman, Koffka menulis sebuah artikel untuk jurnal Amerika Psychological Bulletin, yang berjudul “Perception: An Introduction to the Gestalt-Theorie” (Koffka, 1922). Dia menyampaikan konsep dasar psikologi Gestalt bersama dengan hasil-hasil dan implikasi dari riset yang cukup besar jumlahnya. 
Meskipun artikel tersebut penting sebagai sebuah penjelasan komprehensif pertama gerakan Gestalt untuk para psikolog di Amerika Serikat, tetapi ia mungkin telah membuat lebih banyak keburukan daripada kebaikan. Kata perception dalam judul tersebut menciptakan kesalahpahaman berkepanjangan bahwa psikologi Gestalt hanya berhubungan dengan masalah persepsi dan bahwa gerakan tersebut tidak ada relevansinya dengan bidang-bidang psikologi lainnya. Psikologi Gestalt sebetulnya lebih memfokuskan pada proses-proses kognitif, pada masalah berpikir, belajar, dan aspek-aspek lainnya dari pengalaman sadar. Psikolog Michael Wertheimer, putra dari Max Wertheimer. menjelaskan fokus awal Gestalt pada persepsi sebagai berikut: 
Alasan utama mengapa para psikolog Gestalt tahap awal mengkonsentrasikan publikasi sistematik mereka terhadap persepsi adalah karena Zeitgeist-nya: psikologi Wundt, yang menjadi obyek penentangan kalangan Gestaltis, telah mendapatkan sebagian besar dukungan dari studi-studi tentang sensasi dan persepsi. sehingga para psikolog Gestalt memilih persepsi sebagai arena agar dapat menyerang Wundt pada pijakannya yang paling kuat. (Michael Wertheimer, 1979, hal. 134). 
Pada 1921, Koffka menerbitkan Hie Growth of the Mind, sebuah buku tentang perkembangan psikologi anak yang meraih sukses besar baik di Jerman dan Amerika Serikat. Koffka mengajar sebagai dosen tamu di Universitas Cornell dan Universitas Wisconsin, dan pada 1927 dia mendapat posisi sebagai guru besar di Smith College di Northampton, Massachusetts, tempat dia menetap hingga akhri hayatnya pada 1941. Pada 1935. dia menerbitkan Principles of GestaIt Psychology, sebuah buku sulit yang tidak menjadi pernyataan definitif psikologi Gestalt seperti yang dimaksudkannya. 
C. Prinsip-prinsip Gestalt untuk Pengorganisasian Perseptual 
Wertheimer menyampaikan prinsip-prinsip pengorganisasian perseptual di dalam aliran psikologi Gestalt dalam sebuah makalah yangditerbitkan pada 1923. Pernyataan bahwa kita mempersepsikan obyek dalam cara yang sama dengan kita mempersepsikan gerakan kasatmata, sebagai suatu kesatuan utuh dan bukannya kluster-kluster sensasi individual. Prinsip-prinsip Gestalt ini pada intinya adalah aturan yang kita guna.. kan untuk mengatur dunia perseptual kita. 
Sebuah premis yang mendasarinya adalah bahwa pengorganisasian perseptual terjadi secara instan. manakala kita mengindera bentuk atau pola. Bagian-bagian yang terpisah dari bidang perseptual terhubung, bersatu untuk membentuk struktur-struktur yang berbeda dengan latar belakang mereka. Pengorganisasian perseptual bersifat spontan dan tak terhindarkan pada saat kita melihat atau mendengar. Biasanya, kita tidak harus belajar untuk me mbentuk pola-pola, seperti yang dinyatakan oleh kalangan asosiasionis, meskipun beberapa persepsi tingkat tinggi, seperti melabeli obyek dengan nama, memang tergantung pada pembelajaran. 
Menurut teori Gestalt, otak adalah sebuah sistem dinamis di mana semua elemen akan aktif pada saat ia berinteraksi. Area visual otak tidak merespon secara terpisah terhadap elemen-elemen satuan dari input visual. yang menghubungkan elemen-elemen ini dengan proses-proses asosiasi mekanis. Tetapi, elemen-elemen yang sama atau berdekatan cenderung akan digabungkan, dan elemen-elemen yang tidak sama atau terpisah jauh cenderung tidak digabungkan. 
Beberapa prinsip pengorganisasian perseptual adalah sebagai berikut :
1. Proksimitas. Bagian-bagian yang berdekatan dalam ruang dan waktu yang tampak seperti bersatu dan cenderung dipersepsikan sebagai satu kesatuan. Anda melihat beberapa lingkaran dalam tiga kolom ganda dan bukannya sebagai satu kumpulan besar.
2. Kontinuitas. Ada kecenderungan pada persepsi kita untuk mengikuti suatu arah. untuk menghubungkan eiemen-elemen dalam cara tertentu yang membuatnya terlihat seperti berkesinambungan atau mengalir dalam arah tertentu. Anda cenderung akan mengikuti kolom-kolom lingkaran kecil dari atas ke bawah.
3. Kesamaan. Bagian-bagian yang sama cenderung akan dilihat bersama membentuk sebuah kelompok. lingkaran dan titik masing-masing seperti menjadi satu bagian. dan Anda cenderung akan mempersepsikan baris-baris lingkaran dan. baris-baris titik ketimbang kolomnya. 
4. Penutupan. Ada kecenderungan di dalam persepsi kita untuk menyempurnakan gambar-gambar yang tidak sempurna, untuk mengisi celahcelah. Anda mempersepsikan tiga buah persegi meskipun gambarnya tidak sempurna.
5. Kesederhanaan. Kita cenderung melihat sebuah gambar menjadi sebaik mungkin di bawah kondisi-kondisi stimulus; psikolog Gestalt menyebut ini dengan pr gnanz atau bentuk yang baik. Sebuah Gestalt yang baik adalah simetris, sederhana, stabil, dan tidak dapat dibuat menjadi lebih sederhana atau lebih teratur lagi. Bentuk persegi adalah Gestaltyang baik karena ia dapat dipersepsikan dengan jelas, lengkap dan teratur. 
6. Rupa/lahan. Kita cenderung mengorganisir persepsi menjadi obyek yang dilihat (rupa) dan latar belakang yang menjadi tempat kehadirannya (lahan). Rupa tersebut terlihat lebih substansial dan lebih menonjol daripada latar belakangnya”. rupa dan lahannya berlawanan, Anda bisa melihat dua buah wajah atau sebuah vas, tergantung pada bagaimana persepsi Anda diorganisir. 
Prinsip-prinsip pengorganisasian ini sama sekali tidak tergantung pada proses-proses mental yang lebih tinggi atau pengalaman masalalu, tetapi dipresentasikan di dalam stimuli itu sendiri. Wertheimer menyebutnya faktor-faktor tepi, tetapi dia juga mengenal bahwa faktor-faktor sentral di dalam diri organisme memengaruhi persepsi. Sebagai contoh, misalnya. kita tahu bahwa proses-proses mental yang lebih tinggi dari familiaritas dan sikap dapat memengaruhi persepsi. Tetapi. secara umum, para psikolog Gestalt lebih memfokuskan perhatian pada faktor-faktor tepi dari Pengorganisiran perseptual ketimbang pada pengaruh pembelajaran atau Pengalaman. 
D. Teori Medan: Kurt Lewin (1890 1947) 
Kita telah melihat tren dalam sains abad kesembilan belas yang lebih banyak berpikir kerangka hubungan medan ketimbang kerangka atomistik dan elemenistik. Psikologi Gestalt mencerminkan tren ini. Teori medan muncul di dalam psikologi sebagai bagian dari konsep medan-medan kekuatan di dalam fisika. Dalam psikologi sekarang ini istilah teori medan biasanya merujuk pada gagasan-gagasan Kurt Lewin. Karya Lewin. memiliki orientasi Gestalt tetapi meluas melampaui posisi Gestalt ortodoks hingga mencakup kebutuhan manusia, kepribadian, dan pengaruh-pengaruh sosial terhadap perilaku. 
Kehidupan Lewin 
Kurt Lewin lahir di Mogilno, Jerman, dan me nempuh studi di Universitas Freiburg, Munich, dan Berlin. Dia menerima medan kekuatan: i2: gelar Ph.D-nya bidang psikologi dari Carl Stumpf di Berlin pada 1914, di mana dia juga belajar matematika dan fisika. Selama Perang Dunia I, Lewin bergabung dengan angkatan darat Jerman, terluka dalam sebuah aksi militer, dan menerima lencana Iron Cross Jerman. Dia kembali ke Universitas Berlin dan mendalami minatnya dalam riset Gestalt khususnya untuk masalah asosiasidan motivasi, begitu antusiasnya-hingga dia sering dianggap salah satu anggota pendiri Gestalt. Dia menyampaikan sebuah versi teori medannya di hadapan para psikolog Amerika dalam acara Kongres Psikologi Internasional di Yale pada 1929. 
Karena Lewin sudah dikenal di Amerika Serikat ketika dia menjadi dosen tamu di Stanford pada 1932. Tahun berikutnya. dia memutuskan untuk meninggalkan Jerman karena kekejaman Nazi. Dia menulis kepada Khler, “Saya kiniyakin bahwa tak ada pilihan lain bagi Saya selain pindah. meskipun ini akan menghancurkan hidup Saya" (dikutip dalam Benjamin. 1993; hal. 158, 160).37. Dia menghabiskan waktu dua tahun di Universitas Comell'dan kemudian pindah ke Universitas Iowa. Risetnya dalam bidang psikologi sosial anak, menuntun kepada undangan untuk membangun Research Center for Group Dynamics (Pusat Riset Dinamika Kelompok) . yang baru di Institut Teknologi Massachusetts.. Meskipun dia kemudian meninggal beberapa tahun setelah menerima. posisi tersebut, programnya begitu efektif hingga pusat riset ini, yang kini berlokasi di Universitas Michigan; tetap aktif sampai hari ini.
Ruang Kehidupan 
Sepanjang karir selama 30 tahun, Lewin mengabdikan dirinya kepada bidang motivasi manusia secara umum, menggambarkan perilaku manusia di dalam konteks fisik dan sosial keseluruhannya (Lewin, 1936, 1939). Secara keseluruhan konsepsi psikologinya bersifat praktis, memfokuskan pada persoalan-persoalan sosial yang memengaruhi bagaimana kita hidup dan bekerja. Dia berusaha memanusiakan berbagai macam pekeq'aan seharihari sehingga pekerjaan dapat menjadi sumber kepuasan pribadi dan bukan hanya sekedar menjadi suatu cara untuk mencari nafkah. 
Pengetahuan Lewin tentang teori medan dalam fisika menuntunnya untuk mempertimbangkan bahwa aktifitas-aktifitas psikologis seseorang texjadi di dalam semacam medan psikologis, yang disebutnya life space atau ruang kehidupan. Ruang kehidupan meliputi seluruh peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan yang memengaruhi kita. Dari sudut bandang psikologis, masing-masing dari semua peristiwa ini menentukan perilaku dalam suatu situasi tertentu. Karena itu, ruang kehidupan terdiri dari kebutuhan seseorang dalam interaksi dengan lingkungan psikologisnya. 
Sebuah ruang kehidupan menunjukkan berbagai derajat perkembangan sebagai sebuah fungsi seluruh dan berbagai macam pengalaman yang kita akumulasi. Karena seorang bayi tidak memiliki pengalaman, maka ia hanya memiliki beberapa macam wilayah saja dalam ruang kehidupannya. Orang dewasa yang berpendidikan tinggi dan intelek memiliki ruang kehidupan yang kompleks dan sangat beragam yang menunjukkan ragam pengalaman. 
Lewin menggunakan model matematika untuk menyampaikan konsepsi teoritisnya mengenai proses-proses psikologis. Karena dia lebih tertarik kepada individu (kasus tunggal) daripada kelompok atau performansi ratarata, analisis statistik tidak banyak berguna untuk tujuannya. Dia memilih topologi, dan sebuah bentuk geometri, untuk menggambarkan ruang kehidupan, menunjukkan tujuan-tujuan yang mungkin dicapai seseorang serta jalur yang menuntun kepada pencapaian tersebut pada saat tertentu. 
Di dalam peta-peta tipologisnya; yang digunakannya untuk menggambarkan diagram semua bentuk perilaku dan fenomena psikologis, Lewin menggunakan anak panah (vektor) untuk menyampaikan arah pergerakan seseorang menuju ke sebuah tujuan. Dia menambahkan pemikiran untuk menimbang pilihan (valensi) ini untuk merujuk kepada nilai positif atau negatif dari.obyek-obyek yang terdapat di dalam ruang kehidupan. Obyekobyek yang menarik atau memenuhi kebutuhan manusia memiliki valensi positif; obyek-obyek yang mengancam memiliki valensi negatif. Diagramdiagramnya kadang-kadang disebut sebagai “blackboard psychology (psikologi papan tulis). 
Dalam sebuah contoh sederhana yang ditampilkan dalam Gambar 12.2, seorang anak ingin pergi ke bioskop tetapi dilarang oleh ayah atau ibunya. Bangun elip ini mewakili ruang kehidupannya; C mewakili sang anak. Anak panahnya adalah vektor yang mengindikasikan bahwa C termotivasi terhadap tujuan untuk pergi ke bioskop, yang memiliki nilai positif. Garis vertikal adalah penghalang menuju ke tujuan, yang diciptakan oleh orang tua, dan memiliki valensi negatif. 
Motivasi dan Efek Zeigamik
Lewin mengusulkan sebuah kondisi keseimbangan atau ekuilibrium antara orang dan lingkungannya. Setiap gangguan terhadap ekuilibrium ini menuntun kepada ketegangan, yang pada gilirannya membawa kepada suatu upaya tindakan untuk melepaskan ketegangan dan mengembalikan keseimbangan. Sehingga. untuk menjelaskan motivasi manusia, Lewin yakin bahwa perilaku melibatkan sebuah siklus kondisi-ketegangan atau kondisi kebutuhan yang diikuti oleh aktifitas dan pelepasan. 
Sebuah eksperimen awal untuk menguji proposisi ini dilakukan oleh Bluma Zeigamik pada 1927 di bawah pengawasan Lewin. Subyek diberi serangkaian tugas dan dibiarkan untuk menyelesaikan sebagian dari tugas-tugas tersebut tetapi diinterupsi sebelum mereka menyelesaikan sisanya. Lcwin mcmbuat beberapa prediksi berikut: 
1. Sebuah sistem-ketegangan dibangun ketika para subyek diberi sebuah tugas untuk dilakukan. 
2. Ketika tugas tersebut diselesaikan, ketegangan hilang.  
3. Jika tugas tidak terselesaikan, ketegangan masih bertahan dan cenderung membesar sehingga para subyek akan mengingat tugas tersebut. 
Hasil-hasil yang diperoleh Zeigarnik menegaskan prediksi tersebut. Subyek mengingat tugas-tugas yang tidak terselesaikan dengan lebih siap daripada yang tidak terselesaikan. Sejak saat itu efek ini dikenal dengan nama efek Zeigarnik. Inspirasi Lewin untuk riset motivasi ini muncul ketika dia mengamati seorang pramusaji di sebuah kafe di seberangjalan di depan kantor Institute Psikologi di Berlin. Suatu malam, ketika mengadakan pertemuan di kafe tersebut dengan beberapa mahasiswa Pasca sarjananya. 
seseorang mengutarakan kekaguman terhadap kemampuan pramusaji kafe untuk mengingat apa yang dipesan semua orang tanpa mencatat apa pun. Kemudian setelah mereka membayar, Lewin memanggil pramusaji tersebut dan menanyakan apa yang sudah. mereka pesan. Dia menjawab dengan jengkel bahwa dia sudah tidak tahu lagi (Ash, 1995, hal 271). 
Begitu para pelanggan si pramusaji telah membayar, tugasnya telah selesai dan keteganganpun lenyap.Dia tak perlu lagi mengingat apa yang dipesan semua orang. 
Psikologi Sosial 
Ketertarikan Lewin terhadap psikologi sosial dimulai pada 1930-an. Upaya-upaya perintisnya dalam bidang ini cukup untuk menjustifikasi kedudukan. nya di dalam sejarah psikologi. F itur menonjol dari psikologi sosial Lewin adalah dinamika kelompok, aplikasi konsep-konsep psikologis pada perilaku individu dan kelompok. Sama seperti individu dan lingkungannya membentuk medan psikologis. demikian pula kelompok dan lingkungannya membentuk medan sosial. Perilaku-perilaku sosial muncul di dalam dan merupakan hasil koeksistensi entitas-entitas sosial seperti sub kelompok, anggota kelompok, kendala-kendala, dan saluran komunikasi. Perilaku kelompok pada suatu saat tertentu merupakan fungsi dari situasi medan secara keseluruhan. Lewin melakukan sejumlah studi perilaku dalam berbagai situasi sosial. Sebuah eksperimen yang kini digolongkan klasik melibatkan gaya kepemimpinan otoritarian, demokratis, dan Iaissez-faire di antara kelompok anak laki-laki (Lewin, Lippitt. & White, 1939). Hasilnya menunjukkan bahwa anak laki-laki dalam kelompok otoritarian menjadi sangat agresif. Mereka yang berada di dalam kelompok demokratis bersahabat antara satu sama lain dan dapat menyelesaikan lebih banyak tugas daripada anak-anak lelaki yang ada dalam dua kelompok lainnya. Riset Lewin mengawali beberapa bidang baru dalam riset sosial dan memacu perkembangan psikologi sosial. 
Selain itu, dia juga menekankan tentang riset aksi sosial, studi masalahrnasalah sosial-yang relevan dengan pandangan untuk memperkenalkan perubahan. Sebagai cermin kepedulian pribadinya terhadap masalah rasial, dia melakukan sejumlah studi komunitas di lingkungan perumahan yang terintegrasi, kesetaraan kesempatan kerja, serta perkembangan dan pencegahan prasangka pada masa kanak-kanak. Hasil karyanya telah mentransformasikan persoalan-persoalan kontroversial ini ke dalam studi-studi riset yang terkontrol, yang menerapkan keketatan metode eksperimental tanpa artifisialitas laboratorium akademis. 
Lewin mendorong diadakannya pelatihan sensitifitas bagi para pendidik dan pemimpin perusahaan untuk mengurangi konflik antar kelompok dan mengembangkan potensi individu. Kelompok-kelompok pelatihan sensitifitasnya (T-group) merupakan pelopor dari kelompok-kelompok pertemuan yang populer. pada 1960-an dan 1970-an. 
Secara umum, program-program eksperimental dan penemuan-penemuan riset Lewin lebih dapat diterima oleh kalangan psikolog dibandingkan . sejumlah pandangan teoritisnya. Pengaruhnya dalarn psikologi anak dan sosial sangat besar, dan banyak dari konsep-konsep dan teknik-tekniknya masih digunakan dalam studi-studi kepribadian dan motivasi hingga kiki. 
DAFTAR PUSTAKA

Schultz, Duane P., Schultz Sydney Ellen. 2016. SEJARAH PSIKOLOGI MODERN. Bandung: Peneribit Nusa Media

0 comments:

Post a Comment