provilllleeeee


kenapa harus menangis selama masih bisa tersenyum?
kenapa harus airmata yang keluar saat sedih mulai menyapa?

Lihatlah keluar,
di sana masih banyak yang lebih susah darimu
lihat mereka,
pikirkanlah, sebelum kamu bersedih
selalu bersyukur dengan apa yang kita dapatkan





About

Jambu busuk di bawah tangga.Baunya menyengat hidung.

Friday 15 May 2015

CERPENKU................



ROTI BAKAR



Kring kring ada sepeda....
Sepedaku roda dua....
Ku dapat dari Bunda....
Karena rajin bekerja....
Suara alarm mengagetkan tidurku. Aku langsung tersadar dalam mimpiku yang panjang yang telah menemani malamku. Ku lihat jam bekerku dan langsung ku matikan alarmnya.
“Ya ampuuuunn..... Hari ini kan awal aku masuk ke sekolah baruku!!!”, teriakku kaget.
Perkenalkan... Aku Dara. Nama lengkapku Dara Aisya. Aku baru saja lulus SD. Hari ini awal mulaku menginjakkan kaki di SMP baruku, khususnya di SMPN 1 Jakarta.
“Dara!! Ayo cepet sarapan. Makanan tlah siap saji”, teriak mama kepadaku.
Aku langsung bergegas menuju ruang makan. Karna tak melihat sekeliling jalan, aku tak sengaja menabrak kursi dekat ruang makanku. Kakiku sakit. Mama yang melihatku hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Dara, ni masih jam setengah 7. Belum telat sayang”, ujar mama lembut.
“Iya Ma.... Tapi kan hari ini ada MOS Ma. Jam 7 kurang seperempat harus sudah sampai di lapangan”, jawabku sambil membenahi tali sepatuku.
Aku hanya makan 3 sendok dan langsung berpamitan sama mama. Dengan langkah tergesa-gesa, ku kayuh sepedaku dengan cepat. Sesekali di perjalanan ku tengok jam tanganku. Waktu tinggal 3 menit lagi. Ya ampun aku bisa dimarahi habis-habisan sama kakak-kakak OSIS.
Sesampai di sekolah, aku hanya pasrah karena aku tlah terlambat 5 menit. Aku takut. Awalnya aku tak mau menuju gerbang sekolah. tetapi aku berpikir, lebih fatal lagi kalau aku tak jadi masuk, bisa-bisa mama juga ikut memarahiku.
Dengan langkah gugup serta ketakutan, kulewati gerbang sekolah dan aku langsung menuju ke lapangan tempat anak-anak baru berkumpul. Ha!! Aku kaget setengah mati. Gimana enggak.... Semua tlah berbaris dengan rapi dan aku membuyarkan barisan mereka. Karena mereka kaget melihatku baru datang.
“Hey kamu!!!! Sini maju ke depan. Berani sekali kamu terlambat!!!”, salah seorang kakak OSIS membentakku.
Aku hanya menurut saja. Seharusnya ini awal yang menyenangkan. Tetapi semua malah sebaliknya. Aku benar-benar malu dengan teman baruku, apalagi kakak-kakak OSIS yang dari tadi memelototiku. Tanganku gemetaran, rasanya aku pengen buang air kecil.
“Heh!!! Siapa nama kamu!!!”, salah seorang kakak OSIS yang tadi membentakku menanyai namaku.
“Dara Kak....”, jawabku dengan suara gemetaran.
“Heh!!! Siapa??? Gak jelas sekali kamu ngomongnya!!!”, bentak kakak OSIS tadi.
“DARA Kak”, jawabku dengan suara agak keras.
“Oh jadi nama kamu Dara. Enaknya diapain nih???”, ujar kakak tadi dengan muka sinis.
Peserta MOS alias teman-teman baruku juga sangat ketakutan melihatku dibully oleh kakak-kakak OSIS seperti ini. Kakak OSIS yang lain ada yang tertawa, ada juga yang membelaku. Terkadang aku ingin dan berharap aku jauh dari hukuman dan ada kakak yang mau menjadi pahlawanku. Ah,, aku hanya bermimpi yang tak pasti. Mereka semua juga baru mengenalku. Apa daya hendak dikata. Aku hanya terima perlakuan apa yang nanti mereka berikan terhadapku.
Kakak-kakak ini begitu galak terhadapku. Mentang-mentang mereka lebih besar dariku, mereka berani membully adiknya seperti ini. Aku terus mencabuti rumput-rumput lapangan, walaupun hatiku sebal dan rasa benciku dengan kakak OSIS semakin bertambah. “Uhhhhhh”, gumamku.
“Heh kamu!!!!”.
Suara itu mengagetkanku. Kualihkan wajahku ke arah suara itu. Terlihat muka sinis dan wajahnya yang agak menyeramkan. Ya itu salah satu kakak OSIS di SMP ku. Ku tengok papan namanya yang bertulis Andriansyah Ferdian.
“A...a...a...ada apa Kak?”, kataku dengan keringatku yang bercucuran karena mentari tlah membakar kulitku dari tadi.
“Nih”, ujar kak Andri dengan menyodorkan minuman segar kepadaku.
Kaget bukan kepalang. Apa maksudnya? Aku hanya bertanya-tanya dalam hati. Di satu sisi aku sangat senang, tetapi di sisi lain aku masih membencinya. Gimana tidak? Mereka semua mempermalukanku habis-habisan hari ini.
Ku lihat wajah kak Andri. Dari muka sinis berubah menjadi senyuman indah dan berlalu begitu saja. Hanya sekian detik aku merasakannya. Ya memang wajah kak Andri terlihat manis jika ia tersenyum. Rupanya bak Lee Min Ho, cakeeep abis. Kak Andri masih sibuk mengurusi anak-anak MOS lainnya. Tetapi hatiku berdebar tak karuan. Ah ada apa dengan diriku? Aku masih terlalu kecil untuk memahami apa yang ku rasakan.
­­­­­­             ___________________________________________________       
Ku dekap boneka kesayanganku dan aku terus bertanya tentang kejadian tadi. Aku hanya bertanya sendiri. Ku curahkan rasa kebingunganku pada boneka kesayanganku. Tetapi dia tak menjawab. Hanya tersenyum dan melihatku saja. Ah memang namanya aja juga boneka, mana bisa bicara.
“Kak Andri, kenapa kak Andri membuatku deg-degan. Ah kenapa aku?”, gumamku.
            Ku buka handphoneku. Aku ingin membuka facebookku, ingin kutulis curahan hatiku di sana. Entah siapa yang membacanya. Eh ada satu pesan untukku. Siapa dia?
            Kaget bukan main. Ternyata kak Andri yang meng-inbox-ku. Ya ampun darimana kak Andri tahu kalau itu fb aku? Aku bingung dan benar-benar bingung. Aku terus bertanya-tanya. Hanya tertera tulisan “Hay, kamu Aisya kan?”. Kenapa kak Andri memanggilku Aisya. Kenapa gak Dara aja. Kadang aku merasa benci dengan panggilan itu. Entah aku tak tau.
            Ku gerakkan jemariku dan hasilnya “Ia kak, ni kak Andri kan?”. Sebenarnya aku malu sekali membalas pesan dari kak Andri. Tapi apa boleh buat, nanti bisa-bisa aku dikira sombong jika tak menghiraukannya. Hehehe aku ingin jadi adik kelas yang baik.
            Ku tunggu balasannya, tapi apa setelah ku tengok fb kak Andri “aktif sekitar 15 menit yang lalu”. Kak Andri tlah off. Ya mungkin besok atau besoknya lagi, kak Andri bakal membalas balasanku biar ada timbal baliknya. Bisa dibilang biar biimplikasi bak teorema jika dan hanya jika. Aku bales dia, dia juga bales pesenku. Itu sih harapan kecilku saja. Ya kan yang mulai duluan juga dirinya. Bukan aku....
                        _____________________________________________________
            MOS hari kedua tetap aja ada bully-bullyan. Untung saja bukan aku lagi yang jadi bahan ejekan. Tetapi aku juga merasa iba dengan teman-temanku yang bernasib sama seperti aku kemarin. Tak ku sadari pulpenku jatuh, aku sama sekali tak menggubrisnya.
“Dara! pulpen kamu jatuh tuh. Dara! Dara!” teriak teman di sampingku, namanya Mika dengan kacamatanya yang besar dan wajahnya yang imut-imut lucu.
“Eh ada apa Mik?”, jawabku setengah kaget. Entah aku tadi tlah berkhayal apa. Atau terlalu mendalami puisi yang dibacakan oleh kak Andri di depan adik-adiknya ini ya.
“Ah kau nie. Malah nglamun coba. Nih pulpenmu jatuh. Aku kasih tau dari tadi, kamu diam aja”, sambil menyodorkan pulpen ke arahku.
            Aduh Mika maaf banget ni. Abis puisi kak Andri bagus banget. Terenyuh aku mendengarnya. Intinya tentang arti persahabatan. Sahabat takkan terlupa walau kita dihadapi jalan berliku. Ah indah banget kata-katanya.
“Aisya!!”, teriak orang di belakangku.
Hah ada orang yang memanggilku Aisya. Apa mungkin itu kak Andri. Langsung ku tengok belakang. Sebuah senyuman manis dilontarkan untukku. “Idih kak Andri”, batinku.
Kak Andri menghampiriku. Dia memberiku roti kesukaannya. Kak Andri bercerita banyak tentang roti kesukaannya itu. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
“Kak, darimana Kakak tau fbku?”, tanyaku.
“Oh yang itu.... Aku hanya lihat-lihat saja dan aku nemuin fbmu. Mana aku lupa wajahmu yang manis ni”, jawab kak Andri sambil senyum-senyum.
Aku hanya tersipu malu. Kak Andri ngatain aku manis. Semanis apa kak? Apakah semanis gula? Pikiranku makin melayang tak tau ke mana. Aku makin penasaran dengan kak Andri. Aku ingin slalu ada di dekatnya, walaupun itu hanya sekedar teman biasa. Aku juga tak pernah menginginkan sesuatu yang besar untuk kak Andri menganggapku apa. “Kan aku masih kecil”, batinku sambil tersenyum.
Tak ku sangka. Aku tlah berjalan berkeliling gedung sekolah berdua dengan kak Andri. Ya ampun aku PD sekali. Aku tlah bertanya macam-macam. Mulai dari siapa kepala sekolahnya, berapa ruangan kelasnya, sampai kapan awal mula sekolah didirikan. Emang ini sekolah rakyat yang ada sejarahnya karena dibangun pada zaman penjajahan. Tapi kan semua sekolah pasti ada riwayat hidupnya sendiri. Eh maksudku SEJARAHNYA SENDIRI.
Kak Andri terus menjawab dengan serius sambil diselingi candaan kecil-kecilan yang sudah membuatku tertawa cekikikan. Biarpun candaan kak Andri kalau orang lain mendengarnya belum tentu lucu tetapi bagiku lucu 100%. Sepertinya dari muka kak Andri yang ku lirik, dia sangat senang tlah berhasil buatku tertawa. Apa aku yang ke-GR-an??
            _______________________________________________________
Hari ini terakhir MOS. Bisa dikatakan ini malam perpisahan. Bukan perpisahan karena mau meninggalkan sekolah tetapi ini malah sebaliknya. Malam inagurasi mungkin namanya. Setiap anak baru boleh menampilkan bakat mereka. Aku juga ingin tampil. Tapi ngapain ya?
“Tepuk tangan dulu dong buat band sekolah kita!!!”, teriak pembawa acara dengan semangat. Suara tepukan semakin ramai. Aku juga penasaran siapa sih band sekolah itu.
            Hah kak Andri! Kak Andri kenapa harus kak Andri lagi. Kak Andri hebat. Dia bisa segalanya. Bisa dikatakan perfect. Suara kak Andri merdu. Gak ada satu nadapun yang fals. Lagunya seakan hidup jika dibawakan oleh kak Andri. Aku malah senyum-senyum gak jelas. Tak ku hiraukan orang di sampingku menganggapku apa. Tetapi suara kak Andri tlah membuat hatiku seakan bersinar. Oh no! Lebay sekali aku. Hahaha
“Dara, kak Andri suaranya bagus banget ya”, ujar Mika kepadaku sambil senyum-senyum gemes.
“Iya lah. Kalau gak bagus bukan kak Andri namanya”, jawabku.
            Sepertinya Mika juga ngefans berat dengan kak Andri. Ada rasa tak suka di hati. Apa mungkin aku iri atau aku jealous. Gak mungkin lah. Aku hanya sekedar ngefans juga ma kak Andri. Aku memang menyukai sosok kak Andri karena yang lain, bukan suka dalam artian cinta.
            Cinta? Apa sih itu cinta? Aku bertanya-tanya pada bonekaku, tapi dia cueknya bukan main. Ku slalu teringat wajah kak Andri, senyumnya pula. Aku juga ingat suaranya dan aku ingat lagu yang dibawakannya “Satu Bintang by Antique”. Ku buka fbku, dan ciaaaa, di berandaku ada status kak Andri “hidup akan berwarna jika kita punya cinta dan cita-cita”. Tak perlu pikir panjang, aku langsung berkomentar. Bisa dibilang akulah komentator paling pertama. Tapi kak Andri gak membalasnya. Padahal yang ku tau dia masih ON. Kenapa? Aku jadi sedih. Dan terkadang aku merasa di php-in. Ah mikir apa sih aku? Mungkin kak Andri masih sibuk browsing yang lain. Mungkin juga kak Andri lagi mencari materi pelajarannya. Siapa tau dia anak rajin.
            Tiba-tiba ada satu pemberitahuan di dinding fbku “Andriansyah juga mengomentari statusnya”. Walaupun tlah berjarak 25 menit tetapi aku girangnya bukan main. Aku tak membalasnya lagi karena mama memanggilku untuk membantu beliau di dapur.
“Ma, acaranya malam ini?”, tanyaku.
“Ya ampun sayang. Ya iya lah malam ini. Kan malam ini ulang tahun kamu sayang”, jawab mama.
            Ya ampun kenapa aku bisa lupa dengan ulang tahunku sendiri. Dan ternyata mama tlah mengundang semua teman-teman SD ku dan juga teman-teman mama serta tetanggaku. Mama tak mengundang teman-teman SMP ku karena mama tak banyak mengenal mereka. Apalagi aku masih murid baru. Mungkin hanya Mika, Lista, dan Ujang yang mama kenal karena mereka temanku dari SD. Yang aku pikirkan saat ini, aku ingin kak Andri datang di hari ulang tahunku. Kak Andri tahu darimana kalau hari ini ulang tahunku jika aku gak kasih tau. Tanggal lahir di profil fb, ku atur hanya saya yang bisa melihatnya. Aku tak membagikannya ke publik. Dan kak Andri pasti tak tahu kalau hari ini hari spesial dan istimewa bagiku.
            Pesta tlah mulai. Para undangan mulai berdatangan dan mengucapkan selamat kepadaku sambil memberiku bingkisan-bingkisan kecil. Aku sangat bahagia, ini ulang tahunku yang ke-13 yang menurutku aku tlah memasuki usia rawan bagi seorang perempuan karena aku tlah memasuki masa remaja. Ya walaupun masih pemula. Meja-meja tertata rapi dan banyak bunga-bunga  di sekelilingku. Tetapi ada satu hal yang membuatnya kurang begitu istimewa, kak Andri tak datang di ulang tahunku. Padahal aku terus menengok kesana kemari tetapi aku tak menemukan sosok yang ku harapkan. Emangnya kak Andri tahu? Dia kan gak dapet undangan.
“Selamat ya Dara. Semoga panjang umur dan sehat slalu”, ujar Mika, Lista dan Ujang serentak sambil cipika cipiki kepadaku kecuali si Ujang, dia kan cowok. Ujang hanya bersalaman denganku saja.
Potong kuenya potong kuenya...............
Potong kuenya sekarang juga.................
Sekarang juga..............
            Sebelum aku potong kue, aku berdoa kepada Tuhan agar di usiaku yang ke-13 ini aku slalu diberi kesehatan dan yang terpenting aku berdoa untuk mama dan papa agar mereka slalu dijaga oleh Tuhan. Ku potong dengan hati-hati dan kubagikan dan spesial yang paling pertama untuk mama dan papa. Andaikan ada wujud kak Andri di sini, aku ingin yang kedua untuknya. Mungkin suatu saat aku bisa memberikan kue ini padanya.
                        _______________________________________________
“Ihhh ultahmu kemarin keren juga ya”, ujar Ujang sambil makan bakso pedas kesukaannya.
“Iya lah. Yang ngatur pesta kan mama ma papa. Pasti keren dong”, jawabku sambil kusibakkan rambut panjangku bak bergaya ala bintang iklan sampo.
“Eh kemaren kamu ultah. Kenapa kamu gak ngomong?”
            Tiba-tiba ada suara misterius di belakangku. Ku pandangi wajahnya. “Kak Andri!!!”, ujarku kaget. Aku hanya bertanya-tanya dalam hati, “Dari kapan kak Andri ada di sini. Perasaan tadi di kursi kantin belakangku hanya ada anak kelas 7 bukan kak Andri”.
            Kak Andri hanya tersenyum dan memberiku ucapan selamat. Mika yang melihatku bersama kak Andri terasa janggal. Sepertinya dia cemburu. Tetapi dia tetap tersenyum melihatku. Sebenarnya di sisi lain aku tak mau melukai sahabatku yang dari SD tlah bersama. Semoga Mika gak menganggap sesuatu ini serius. Aku dan kak Andri hanya sebatas teman walau kadang hatiku berontak. Aku ingin sesuatu yang lebih dari teman. Walau itu kemungkinan kecil sekali jika aku bayangkan. Dan jika ku logika entah true atau false hasilnya.
            Kak Andri pergi meninggalkanku karena ada rapat OSIS mendadak. Ya tak apa lah. Aku berbunga-bunga. Kak Andri mengucapkan selamat untukku.
“Dara, kamu naksir ya ma kak Andri”, tanya Mika tiba-tiba.
“Ha!! Naksir? Ya enggak lah. Kan kamu tau aku menganggap dia kakak dan kita hanya temenan”, jawabku.
            Kenapa sih Mika bertanya seperti ini padaku. Apa mungkin dia kepo sekali ya apa yang ku rasakan. Naksir kak Andri? Aku saja tak berani bilang tentang hal itu. Aku tak berani bilang aku naksir kak Andri. Aku sekedar ngefans sama dia karena dialah satu-satunya kakak OSIS yang berhati mulia. Ah kayak apa aja deh. Atau jangan-jangan Mika yang naksir dengan kak Andri. Biarlah semua orang berhak merasakan apa yang mereka rasakan.
            Sepulang sekolah kak Andri mengajakku ke taman sekolah. Ngapain lagi kesana. Tapi aku nurut-nurut saja. Karena hatiku tlah berhasil dicuri oleh kak Andri. Aha!! Lebay...
            Tiba-tiba kak Andri memberiku setangkai bunga mawar merah. Pikiranku melayang entah kemana. Aku jadi teringat kalau bunga mawar merah adalah tanda cinta, tanda keromantisan. Semuanya hanya bayangan, mungkin kak Andri hanya ingin menghiburku dengan setangkai bunga atau mungkin ini tanda persahabatan.
            Dengan tangan agak gemetaran, ku terima bunga itu. Aku benar-benar bingung, apa sih maksud kak Andri dari semua ini? Kadang aku takut tuk merasakan sesuatu yang lain, yang mungkin dan seharusnya ini memang sudah waktunya anak seumuranku merasakannya.
“Aisya.... Kamu suka bunganya? Kamu gak tanya, kenapa aku kasih bunga ini ke kamu?”, ujar kak Andri tiba-tiba.
            Jantungku berdegup kencang. Mau mengeluarkan suara saja rasanya berat sekali bak mengangkat tumpukan besi di pundakku. “A...a...a...aku sebenarnya kaget juga Kak. Emang maksud Kakak apa?”, tanyaku dengan muka memerah dan semoga kak Andri tak menyadarinya.
“Kamu tau? Kamu bingung? Tau gak dari semenjak kita ketemu, aku dah merasakan sesuatu yang lain dengan kamu. Aku juga sadar sih kita masih SMP. Kamu juga baru kelas 7 dan aku baru kelas 9. Tetapi tak salahkah aku jika aku menyukaimu? Bisa dikatakan aku cinta sama kamu”, ujar kak Andri dengan nadanya yang sangat halus.
            Hatiku bergejolak tak karuan. Kak Andri kenapa kak Andri ngomong seperti ini denganku? Aku masih terlalu kecil tuk menerima semuanya. Aku hanya bengong melihat kak Andri. Aku tak tau harus jawab apa. Kalau D’Masiv rindu setengah mati, sekarang keadaanku sedang bingung setengah mati. Mama, aku harus bicara apa? Aku harus bagaimana? Aku tak pernah merasakan sesuatu yang lain ini sebelumnya. Apakah ini jatuh cinta pada pandangan pertama. Apa aku harus menjawab “iya Kak aku hargai semuanya dan kita coba jalani dulu aja” atau aku harus menjawab “maaf Kak, aku gak bisa. Aku masih kecil. Belum waktunya seperti ini”. Galau super duper galau. Cita Citata tolong aku. Hibur aku dengan lagu Goyang Dumang-mu.
                        ___________________________________________________
            Semenjak kejadian itu, kak Andri sering menjauhiku. Apa mungkin ya kak Andri marah karena aku tak menjawab perasaannya kepadaku. “Kak Andri, Dara minta maaf. Dara salah. Dara tlah buat Kak Andri sakit hati”, batinku dan rasanya aku ingin menangis.
            Hari demi hari kulalui dengan penuh hati-hati. Sekarang aku tlah jauh dari bayang-bayang kak Andri. Di facebook, di sekolah dan di manapun, aku tak pernah bertemu kak Andri, tak pernah saling menyapa, tak pernah saling bicara. Terkadang hatiku merasa iba, merasa salah. Aku jadi menghina diriku sendiri bukan berarti aku rendah diri. Aku jahat. Ya aku jahat banget. Tetapi kenapa kak Andri begitu cuek denganku. Sebesar apa marah dia.  
            Hari ini Ujian Nasional tlah usai. Dulu aku pernah berpikir, kak Andri menjauhiku karena dia ingin fokus belajar dulu. Dia ingin konsentrasi. Dia tak mau terganggu oleh apapun. Tetapi apa boleh buat, sampai sekarang pun kak Andri tak pernah berjalan ke arahku. Aku pernah berharap kak Andri akan menyapaku, tetapi apa yang aku dapat. Kak Andri berjalan di sampingku tanpa menengok ke arahku satu kali saja. Hatiku sedih. Aku ingin menangis. Bila bertemu dengan bidadari surga, aku ingin mencurahkan rasa sakitku ini kepadanya.
                        ­_______________________________________________
“Dara! Aku ingin banget beli roti bakar di toko Sahara itu. Rasanya enak banget”, ajak Mika kepadaku tiba-tiba.
“Hah? Roti bakar? Gak ada yang lain apa! Aku gak suka. Gak suka banget”, ujarku kesal.
            Roti bakar? Itu kan roti kesukaan kak Andri. Kak Andri juga suka sekali beli di toko itu. Kenapa aku jadi teringat kak Andri. Rasanya hati ini ingin berontak. Kak Andri tega melukaiku. Kak Andri tega menyakitiku. Kak Andri tak menganggapku lagi. Cinta yang keluar dari mulut kak Andri itu hanya omdo belaka tak dari hati dan perasaan yang paling dalam. Bisa dibilang kak Andri gak punya hati.
“Dara! Ayo... Temenin aku aja deh kalo kamu gak suka. Masa aku sendirian di sana? Temenin aku ya ya”, ajak Mika sambil memohon-mohon kepadaku.
“Ia deh, tapi jangan lama-lama ya”, jawabku pelan dan sebenarnya aku tak mau ada hal yang menyangkut tentang kak Andri lagi di hadapanku.
            Dengan langkah gontai, aku mengantar Mika ke toko itu. Rasanya kakiku berat tuk melangkah ke tempat itu. Tetapi apa boleh buat. Aku sayang sahabatku. Aku tak mau dia terluka juga karenaku. Mika tak boleh tau apa yang sebenarnya aku pikirkan. Karena aku ingin melupakannya walaupun itu susah sekali tuk aku hadapi. Padahal kini aku tlah berseragam putih abu-abu. Tetapi rasanya masih terus membekas di lubuk hatiku paling dalam.
            Toko sepi tetapi pintunya masih terbuka. Aneh. Sepertinya penjual lagi sibuk sampai tokonya dibiarkan begini. Apa gak khawatir kalau ada maling. Ya siapa tahu ada maling roti bakar. Mika terus melihat-lihat roti bakar kesukaannya. Ada rasa strawberry, ada rasa melon, ada rasa coklat, banyak banget deh pokoknya. Emang enak sih tetapi semua malah membuatku mengingat kejadian 4 tahun silam yang terasa pedih tuk dijalani. Aku pun kiut berputar-putar melihat roti bakar sambil menunggu si pemilik toko. Ku tengok keluar tetapi tetap tak datang. Aku pun terhenti saat kulihat roti keju di sebelah roti bakar. Kayaknya rasanya enak sekali.
            Tiba-tiba.....
“Mbak mau beli roti yang mana? Roti keju apa roti bakar?”, tanyanya dari belakang.
            Aku kaget. Aku berpikir itulah si pemilik toko yang Mika dan aku tunggu dari tadi. Aku langsung berpaling arah. Wah ternyata si pemilik toko ini bapak yang berjanggut tebal. Agak menyeramkan juga sih. Orangnya pakai kacamata hitam, bajunya hitam pula.
“Eh Bapak, ni Pak teman saya yang mau beli roti Pak. Roti bakar Pak”, jawabku sambil senyum-senyum serta kuberi kode ke Mika karena dia yang ingin beli roti bakar, ya masa aku yang ngomong.
“Oh kamu yang mau beli”, bapak itu langsung melihat ke arah Mika.
            Mika hanya mengangguk tersenyum. Dan tiba-tiba bapak tadi melihat ke arahku lagi.
“Kenapa kamu gak beli Mbak. Ni enak sekali. Kenapa hanya teman kamu yang beli?”, tanya bapak itu kepadaku.
            Aku bingung juga sih. Kenapa si pemilik toko ini memaksa orang yang berkunjung harus membeli rotinya juga. Ya masa aku mau bilang gak suka. Aku hanya menjawab dengan senyuman. Bapak itu tetap memaksaku untuk beli dengan nadanya yang halus dan sedikit agak menghormati. Aku menyenggol tangan Mika berkali-kali karena aku ingin pergi dari toko itu. Tetapi Mika tetap serius memilih roti kesukaannya tanpa memperhatikanku. Mika jadi cuek banget. Dan terkadang mukaku manyun sendiri. Bapak tadi terus mengikutiku dan memaksaku beli. Sebenarnya hatiku sudah dongkol banget. Ingin rasanya aku marah-marah dengan beliau. Tetapi kan aku masih tahu sopan santun. Kesabaran orang tetap ada batasnya. Aku terus menahan amarahku. Tiba-tiba...........
“Mbak Aisya”, terdengar suara lirih dari belakang.
            Kaget bukan kepalang. Siapa yang memanggilku Aisya? Siapa? Aku terus melihat-lihat di sekeliling toko. Tetapi hasilnya nihil. Yang ku tahu hanya Mika dan bapak pemilik toko tadi. Suaranya suara cowok. Masa bapak itu yang memanggilku Aisya? Beliau mengenalku? Dan kenapa panggilan itu persis dengan panggilan orang yang selama ini ingin kulupakan dari kehidupanku.
“Ada apa Mbak Aisya, namanya Aisya kan?”, tanya bapak pemilik toko tadi.
            Aku hanya ternganga tandaku heran kepada beliau. Perasaan aku belum pernah berkenalan dengan bapak ini. Darimana dia tahu? Dan kenapa harus Aisya. aku melamun ke mana-mana. Mika yang melihatku hanya melongo kaget.
            Tiba-tiba..............
            Bapak pemilik toko mendekatiku sambil membisikkan sesuatu, “Mbak penasaran?”. Aku benar-benar takut terjadi sesuatu di luar dugaanku, di luar logikaku. Bapak tadi melepaskan kacamatanya, dan yang tak kusangka, bapak tadi juga melepaskan janggut tebalnya yang ternyata itu hanya mainan belaka. Aku, aku, aku benar-benar gak menyangka
“Aisya, masihkah kau mengenalku?”
            Sosok itu sangat terkenal dalam pikiranku. Sosok kakak OSIS yang kusukai sejak SMP, sejak aku masih menjadi murid baru. “Kak Andri??”, ujarku bahagia dan ku tersenyum terharu. Tak sengaja ku teteskan air mata ini. Aku benar-benar rindu walaupun aku pernah membencinya. Karena sebuah roti bakar, kita bisa bertemu. Mika tersenyum sambil makan roti bakar kesukaannya. Yummy, katanya.

---------------------------------------------- THE END --------------------------------------------

            By : Ihda Afifatun Nuha



                       


           




1 comments:

Anonymous said...

Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

Post a Comment