ROTI BAKAR
Kring kring ada sepeda....
Sepedaku roda dua....
Ku dapat dari Bunda....
Karena rajin bekerja....
Suara
alarm mengagetkan tidurku. Aku langsung tersadar dalam mimpiku yang panjang
yang telah menemani malamku. Ku lihat jam bekerku dan langsung ku matikan
alarmnya.
“Ya ampuuuunn..... Hari ini kan awal aku
masuk ke sekolah baruku!!!”, teriakku kaget.
Perkenalkan...
Aku Dara. Nama lengkapku Dara Aisya. Aku baru saja lulus SD. Hari ini awal
mulaku menginjakkan kaki di SMP baruku, khususnya di SMPN 1 Jakarta.
“Dara!! Ayo cepet sarapan. Makanan tlah
siap saji”, teriak mama kepadaku.
Aku
langsung bergegas menuju ruang makan. Karna tak melihat sekeliling jalan, aku
tak sengaja menabrak kursi dekat ruang makanku. Kakiku sakit. Mama yang
melihatku hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Dara, ni masih jam setengah 7. Belum
telat sayang”, ujar mama lembut.
“Iya Ma.... Tapi kan hari ini ada MOS
Ma. Jam 7 kurang seperempat harus sudah sampai di lapangan”, jawabku sambil
membenahi tali sepatuku.
Aku
hanya makan 3 sendok dan langsung berpamitan sama mama. Dengan langkah
tergesa-gesa, ku kayuh sepedaku dengan cepat. Sesekali di perjalanan ku tengok
jam tanganku. Waktu tinggal 3 menit lagi. Ya ampun aku bisa dimarahi
habis-habisan sama kakak-kakak OSIS.
Sesampai
di sekolah, aku hanya pasrah karena aku tlah terlambat 5 menit. Aku takut.
Awalnya aku tak mau menuju gerbang sekolah. tetapi aku berpikir, lebih fatal
lagi kalau aku tak jadi masuk, bisa-bisa mama juga ikut memarahiku.
Dengan
langkah gugup serta ketakutan, kulewati gerbang sekolah dan aku langsung menuju
ke lapangan tempat anak-anak baru berkumpul. Ha!! Aku kaget setengah mati.
Gimana enggak.... Semua tlah berbaris dengan rapi dan aku membuyarkan barisan
mereka. Karena mereka kaget melihatku baru datang.
“Hey kamu!!!! Sini maju ke depan. Berani
sekali kamu terlambat!!!”, salah seorang kakak OSIS membentakku.
Aku
hanya menurut saja. Seharusnya ini awal yang menyenangkan. Tetapi semua malah
sebaliknya. Aku benar-benar malu dengan teman baruku, apalagi kakak-kakak OSIS
yang dari tadi memelototiku. Tanganku gemetaran, rasanya aku pengen buang air
kecil.
“Heh!!! Siapa nama kamu!!!”, salah
seorang kakak OSIS yang tadi membentakku menanyai namaku.
“Dara Kak....”, jawabku dengan suara
gemetaran.
“Heh!!! Siapa??? Gak jelas sekali kamu
ngomongnya!!!”, bentak kakak OSIS tadi.
“DARA Kak”, jawabku dengan suara agak
keras.
“Oh jadi nama kamu Dara. Enaknya diapain
nih???”, ujar kakak tadi dengan muka sinis.
Peserta
MOS alias teman-teman baruku juga sangat ketakutan melihatku dibully oleh
kakak-kakak OSIS seperti ini. Kakak OSIS yang lain ada yang tertawa, ada juga
yang membelaku. Terkadang aku ingin dan berharap aku jauh dari hukuman dan ada
kakak yang mau menjadi pahlawanku. Ah,, aku hanya bermimpi yang tak pasti.
Mereka semua juga baru mengenalku. Apa daya hendak dikata. Aku hanya terima
perlakuan apa yang nanti mereka berikan terhadapku.
Kakak-kakak
ini begitu galak terhadapku. Mentang-mentang mereka lebih besar dariku, mereka
berani membully adiknya seperti ini. Aku terus mencabuti rumput-rumput
lapangan, walaupun hatiku sebal dan rasa benciku dengan kakak OSIS semakin
bertambah. “Uhhhhhh”, gumamku.
“Heh kamu!!!!”.
Suara
itu mengagetkanku. Kualihkan wajahku ke arah suara itu. Terlihat muka sinis dan
wajahnya yang agak menyeramkan. Ya itu salah satu kakak OSIS di SMP ku. Ku
tengok papan namanya yang bertulis Andriansyah Ferdian.
“A...a...a...ada
apa Kak?”, kataku dengan keringatku yang bercucuran karena mentari tlah
membakar kulitku dari tadi.
“Nih”, ujar kak Andri dengan menyodorkan
minuman segar kepadaku.
Kaget
bukan kepalang. Apa maksudnya? Aku hanya bertanya-tanya dalam hati. Di satu
sisi aku sangat senang, tetapi di sisi lain aku masih membencinya. Gimana
tidak? Mereka semua mempermalukanku habis-habisan hari ini.
Ku
lihat wajah kak Andri. Dari muka sinis berubah menjadi senyuman indah dan
berlalu begitu saja. Hanya sekian detik aku merasakannya. Ya memang wajah kak
Andri terlihat manis jika ia tersenyum. Rupanya bak Lee Min Ho, cakeeep abis. Kak
Andri masih sibuk mengurusi anak-anak MOS lainnya. Tetapi hatiku berdebar tak
karuan. Ah ada apa dengan diriku? Aku masih terlalu kecil untuk memahami apa
yang ku rasakan.
___________________________________________________
Ku
dekap boneka kesayanganku dan aku terus bertanya tentang kejadian tadi. Aku
hanya bertanya sendiri. Ku curahkan rasa kebingunganku pada boneka
kesayanganku. Tetapi dia tak menjawab. Hanya tersenyum dan melihatku saja. Ah
memang namanya aja juga boneka, mana bisa bicara.
“Kak Andri,
kenapa kak Andri membuatku deg-degan. Ah kenapa aku?”, gumamku.
Ku buka handphoneku. Aku ingin
membuka facebookku, ingin kutulis curahan hatiku di sana. Entah siapa yang
membacanya. Eh ada satu pesan untukku. Siapa dia?
Kaget bukan main. Ternyata kak Andri
yang meng-inbox-ku. Ya ampun darimana kak Andri tahu kalau itu fb aku? Aku
bingung dan benar-benar bingung. Aku terus bertanya-tanya. Hanya tertera
tulisan “Hay, kamu Aisya kan?”. Kenapa kak Andri memanggilku Aisya. Kenapa gak
Dara aja. Kadang aku merasa benci dengan panggilan itu. Entah aku tak tau.
Ku gerakkan jemariku dan hasilnya
“Ia kak, ni kak Andri kan?”. Sebenarnya aku malu sekali membalas pesan dari kak
Andri. Tapi apa boleh buat, nanti bisa-bisa aku dikira sombong jika tak
menghiraukannya. Hehehe aku ingin jadi adik kelas yang baik.
Ku tunggu balasannya, tapi apa
setelah ku tengok fb kak Andri “aktif sekitar 15 menit yang lalu”. Kak Andri
tlah off. Ya mungkin besok atau besoknya lagi, kak Andri bakal membalas
balasanku biar ada timbal baliknya. Bisa dibilang biar biimplikasi bak teorema
jika dan hanya jika. Aku bales dia, dia juga bales pesenku. Itu sih harapan
kecilku saja. Ya kan yang mulai duluan juga dirinya. Bukan aku....
_____________________________________________________
MOS
hari kedua tetap aja ada bully-bullyan. Untung saja bukan aku lagi yang jadi
bahan ejekan. Tetapi aku juga merasa iba dengan teman-temanku yang bernasib
sama seperti aku kemarin. Tak ku sadari pulpenku jatuh, aku sama sekali tak
menggubrisnya.
“Dara! pulpen kamu jatuh tuh.
Dara! Dara!” teriak teman di sampingku, namanya Mika dengan kacamatanya yang
besar dan wajahnya
yang imut-imut lucu.
“Eh ada apa
Mik?”, jawabku setengah kaget. Entah aku tadi tlah berkhayal apa. Atau terlalu
mendalami puisi yang dibacakan oleh kak Andri di depan adik-adiknya ini ya.
“Ah kau nie.
Malah nglamun coba. Nih pulpenmu jatuh. Aku kasih tau dari tadi, kamu diam
aja”, sambil menyodorkan pulpen ke arahku.
Aduh Mika maaf banget ni. Abis puisi
kak Andri bagus banget. Terenyuh aku mendengarnya. Intinya tentang arti
persahabatan. Sahabat takkan terlupa walau kita dihadapi jalan berliku. Ah
indah banget kata-katanya.
“Aisya!!”, teriak orang di
belakangku.
Hah
ada orang yang memanggilku Aisya. Apa mungkin itu kak Andri. Langsung ku tengok
belakang. Sebuah senyuman manis dilontarkan untukku. “Idih kak Andri”, batinku.
Kak
Andri menghampiriku. Dia memberiku roti kesukaannya. Kak Andri bercerita banyak
tentang roti kesukaannya itu. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
“Kak, darimana
Kakak tau fbku?”, tanyaku.
“Oh yang itu....
Aku hanya lihat-lihat saja dan aku nemuin fbmu. Mana aku lupa wajahmu yang
manis ni”, jawab kak Andri sambil senyum-senyum.
Aku
hanya tersipu malu. Kak Andri ngatain aku manis. Semanis apa kak? Apakah
semanis gula? Pikiranku makin melayang tak tau ke mana. Aku makin penasaran
dengan kak Andri. Aku ingin slalu ada di dekatnya, walaupun itu hanya sekedar
teman biasa. Aku juga tak pernah menginginkan sesuatu yang besar untuk kak
Andri menganggapku apa. “Kan aku masih kecil”, batinku sambil tersenyum.
Tak
ku sangka. Aku tlah berjalan berkeliling gedung sekolah berdua dengan kak
Andri. Ya ampun aku PD sekali. Aku tlah bertanya macam-macam. Mulai dari siapa
kepala sekolahnya, berapa ruangan kelasnya, sampai kapan awal mula sekolah
didirikan. Emang ini sekolah rakyat yang ada sejarahnya karena dibangun pada
zaman penjajahan. Tapi kan semua sekolah pasti ada riwayat hidupnya sendiri. Eh
maksudku SEJARAHNYA SENDIRI.
Kak
Andri terus menjawab dengan serius sambil diselingi candaan kecil-kecilan yang
sudah membuatku tertawa cekikikan. Biarpun candaan kak Andri kalau orang lain
mendengarnya belum tentu lucu tetapi bagiku lucu 100%. Sepertinya dari muka kak
Andri yang ku lirik, dia sangat senang tlah berhasil buatku tertawa. Apa aku
yang ke-GR-an??
_______________________________________________________
Hari
ini terakhir MOS. Bisa dikatakan ini malam perpisahan. Bukan perpisahan karena
mau meninggalkan sekolah tetapi ini malah sebaliknya. Malam inagurasi mungkin
namanya. Setiap anak baru boleh menampilkan bakat mereka. Aku juga ingin
tampil. Tapi ngapain ya?
“Tepuk tangan
dulu dong buat band sekolah kita!!!”, teriak pembawa acara dengan semangat.
Suara tepukan semakin ramai. Aku juga penasaran siapa sih band sekolah itu.
Hah kak Andri! Kak Andri kenapa harus
kak Andri lagi. Kak Andri hebat. Dia bisa segalanya. Bisa dikatakan perfect.
Suara kak Andri merdu. Gak ada satu nadapun yang fals. Lagunya seakan hidup
jika dibawakan oleh kak Andri. Aku malah senyum-senyum gak jelas. Tak ku
hiraukan orang di sampingku menganggapku apa. Tetapi suara kak Andri tlah
membuat hatiku seakan bersinar. Oh no! Lebay sekali aku. Hahaha
“Dara, kak Andri
suaranya bagus banget ya”, ujar Mika kepadaku sambil senyum-senyum gemes.
“Iya lah. Kalau
gak bagus bukan kak Andri namanya”, jawabku.
Sepertinya Mika juga ngefans berat
dengan kak Andri. Ada rasa tak suka di hati. Apa mungkin aku iri atau aku
jealous. Gak mungkin lah. Aku hanya sekedar ngefans juga ma kak Andri. Aku
memang menyukai sosok kak Andri karena yang lain, bukan suka dalam artian
cinta.
Cinta? Apa sih itu cinta? Aku
bertanya-tanya pada bonekaku, tapi dia cueknya bukan main. Ku slalu teringat
wajah kak Andri, senyumnya pula. Aku juga ingat suaranya dan aku ingat lagu
yang dibawakannya “Satu Bintang by Antique”. Ku buka fbku, dan ciaaaa, di
berandaku ada status kak Andri “hidup akan berwarna jika kita punya cinta dan
cita-cita”. Tak perlu pikir panjang, aku langsung berkomentar. Bisa dibilang
akulah komentator paling pertama. Tapi kak Andri gak membalasnya. Padahal yang
ku tau dia masih ON. Kenapa? Aku jadi sedih. Dan terkadang aku merasa di
php-in. Ah mikir apa sih aku? Mungkin kak Andri masih sibuk browsing yang lain.
Mungkin juga kak Andri lagi mencari materi pelajarannya. Siapa tau dia anak
rajin.
Tiba-tiba ada satu pemberitahuan di
dinding fbku “Andriansyah juga mengomentari statusnya”. Walaupun tlah berjarak
25 menit tetapi aku girangnya bukan main. Aku tak membalasnya lagi karena mama
memanggilku untuk membantu beliau di dapur.
“Ma, acaranya
malam ini?”, tanyaku.
“Ya ampun
sayang. Ya iya lah malam ini. Kan malam ini ulang tahun kamu sayang”, jawab
mama.
Ya ampun kenapa aku bisa lupa dengan
ulang tahunku sendiri. Dan ternyata mama tlah mengundang semua teman-teman SD
ku dan juga teman-teman mama serta tetanggaku. Mama tak mengundang teman-teman SMP
ku karena mama tak banyak mengenal mereka. Apalagi aku masih murid baru.
Mungkin hanya Mika, Lista, dan Ujang yang mama kenal karena mereka temanku dari
SD. Yang aku pikirkan saat ini, aku ingin kak Andri datang di hari ulang
tahunku. Kak Andri tahu darimana kalau hari ini ulang tahunku jika aku gak
kasih tau. Tanggal lahir di profil fb, ku atur hanya saya yang bisa melihatnya.
Aku tak membagikannya ke publik. Dan kak Andri pasti tak tahu kalau hari ini
hari spesial dan istimewa bagiku.
Pesta tlah mulai. Para undangan
mulai berdatangan dan mengucapkan selamat kepadaku sambil memberiku
bingkisan-bingkisan kecil. Aku sangat bahagia, ini ulang tahunku yang ke-13
yang menurutku aku tlah memasuki usia rawan bagi seorang perempuan karena aku
tlah memasuki masa remaja. Ya walaupun masih pemula. Meja-meja tertata rapi dan
banyak bunga-bunga di sekelilingku. Tetapi
ada satu hal yang membuatnya kurang begitu istimewa, kak Andri tak datang di
ulang tahunku. Padahal aku terus menengok kesana kemari tetapi aku tak
menemukan sosok yang ku harapkan. Emangnya kak Andri tahu? Dia kan gak dapet
undangan.
“Selamat ya
Dara. Semoga panjang umur dan sehat slalu”, ujar Mika, Lista dan Ujang serentak
sambil cipika cipiki kepadaku kecuali si Ujang, dia kan cowok. Ujang hanya
bersalaman denganku saja.
Potong kuenya
potong kuenya...............
Potong kuenya
sekarang juga.................
Sekarang juga..............
Sebelum aku potong kue, aku berdoa
kepada Tuhan agar di usiaku yang ke-13 ini aku slalu diberi kesehatan dan yang
terpenting aku berdoa untuk mama dan papa agar mereka slalu dijaga oleh Tuhan.
Ku potong dengan hati-hati dan kubagikan dan spesial yang paling pertama untuk
mama dan papa. Andaikan ada wujud kak Andri di sini, aku ingin yang kedua untuknya.
Mungkin suatu saat aku bisa memberikan kue ini padanya.
_______________________________________________
“Ihhh ultahmu
kemarin keren juga ya”, ujar Ujang sambil makan bakso pedas kesukaannya.
“Iya lah. Yang
ngatur pesta kan mama ma papa. Pasti keren dong”, jawabku sambil kusibakkan
rambut panjangku bak bergaya ala bintang iklan sampo.
“Eh kemaren kamu
ultah. Kenapa kamu gak ngomong?”
Tiba-tiba ada suara misterius di
belakangku. Ku pandangi wajahnya. “Kak Andri!!!”, ujarku kaget. Aku hanya bertanya-tanya
dalam hati, “Dari kapan kak Andri ada di sini. Perasaan tadi di kursi kantin
belakangku hanya ada anak kelas 7 bukan kak Andri”.
Kak Andri hanya tersenyum dan
memberiku ucapan selamat. Mika yang melihatku bersama kak Andri terasa janggal.
Sepertinya dia cemburu. Tetapi dia tetap tersenyum melihatku. Sebenarnya di
sisi lain aku tak mau melukai sahabatku yang dari SD tlah bersama. Semoga Mika
gak menganggap sesuatu ini serius. Aku dan kak Andri hanya sebatas teman walau
kadang hatiku berontak. Aku ingin sesuatu yang lebih dari teman. Walau itu
kemungkinan kecil sekali jika aku bayangkan. Dan jika ku logika entah true atau
false hasilnya.
Kak Andri pergi meninggalkanku
karena ada rapat OSIS mendadak. Ya tak apa lah. Aku berbunga-bunga. Kak Andri
mengucapkan selamat untukku.
“Dara, kamu
naksir ya ma kak Andri”, tanya Mika tiba-tiba.
“Ha!! Naksir? Ya
enggak lah. Kan kamu tau aku menganggap dia kakak dan kita hanya temenan”,
jawabku.
Kenapa sih Mika bertanya seperti ini
padaku. Apa mungkin dia kepo sekali ya apa yang ku rasakan. Naksir kak Andri?
Aku saja tak berani bilang tentang hal itu. Aku tak berani bilang aku naksir
kak Andri. Aku sekedar ngefans sama dia karena dialah satu-satunya kakak OSIS
yang berhati mulia. Ah kayak apa aja deh. Atau jangan-jangan Mika yang naksir
dengan kak Andri. Biarlah semua orang berhak merasakan apa yang mereka rasakan.
Sepulang sekolah kak Andri
mengajakku ke taman sekolah. Ngapain lagi kesana. Tapi aku nurut-nurut saja.
Karena hatiku tlah berhasil dicuri oleh kak Andri. Aha!! Lebay...
Tiba-tiba kak Andri memberiku
setangkai bunga mawar merah. Pikiranku melayang entah kemana. Aku jadi teringat
kalau bunga mawar merah adalah tanda cinta, tanda keromantisan. Semuanya hanya
bayangan, mungkin kak Andri hanya ingin menghiburku dengan setangkai bunga atau
mungkin ini tanda persahabatan.
Dengan tangan agak gemetaran, ku
terima bunga itu. Aku benar-benar bingung, apa sih maksud kak Andri dari semua
ini? Kadang aku takut tuk merasakan sesuatu yang lain, yang mungkin dan seharusnya
ini memang sudah waktunya anak seumuranku merasakannya.
“Aisya.... Kamu
suka bunganya? Kamu gak tanya, kenapa aku kasih bunga ini ke kamu?”, ujar kak
Andri tiba-tiba.
Jantungku berdegup kencang. Mau
mengeluarkan suara saja rasanya berat sekali bak mengangkat tumpukan besi di
pundakku. “A...a...a...aku sebenarnya kaget juga Kak. Emang maksud Kakak apa?”,
tanyaku dengan muka memerah dan semoga kak Andri tak menyadarinya.
“Kamu tau? Kamu
bingung? Tau gak dari semenjak kita ketemu, aku dah merasakan sesuatu yang lain
dengan kamu. Aku juga sadar sih kita masih SMP. Kamu juga baru kelas 7 dan aku
baru kelas 9. Tetapi tak salahkah aku jika aku menyukaimu? Bisa dikatakan aku
cinta sama kamu”, ujar kak Andri dengan nadanya yang sangat halus.
Hatiku bergejolak tak karuan. Kak
Andri kenapa kak Andri ngomong seperti ini denganku? Aku masih terlalu kecil
tuk menerima semuanya. Aku hanya bengong melihat kak Andri. Aku tak tau harus
jawab apa. Kalau D’Masiv rindu setengah mati, sekarang keadaanku sedang bingung
setengah mati. Mama, aku harus bicara apa? Aku harus bagaimana? Aku tak pernah
merasakan sesuatu yang lain ini sebelumnya. Apakah ini jatuh cinta pada
pandangan pertama. Apa aku harus menjawab “iya Kak aku hargai semuanya dan kita
coba jalani dulu aja” atau aku harus menjawab “maaf Kak, aku gak bisa. Aku
masih kecil. Belum waktunya seperti ini”. Galau super duper galau. Cita Citata
tolong aku. Hibur aku dengan lagu Goyang Dumang-mu.
___________________________________________________
Semenjak kejadian itu, kak Andri
sering menjauhiku. Apa mungkin ya kak Andri marah karena aku tak menjawab
perasaannya kepadaku. “Kak Andri, Dara minta maaf. Dara salah. Dara tlah buat
Kak Andri sakit hati”, batinku dan rasanya aku ingin menangis.
Hari demi hari kulalui dengan penuh
hati-hati. Sekarang aku tlah jauh dari bayang-bayang kak Andri. Di facebook, di
sekolah dan di manapun, aku tak pernah bertemu kak Andri, tak pernah saling
menyapa, tak pernah saling bicara. Terkadang hatiku merasa iba, merasa salah.
Aku jadi menghina diriku sendiri bukan berarti aku rendah diri. Aku jahat. Ya
aku jahat banget. Tetapi kenapa kak Andri begitu cuek denganku. Sebesar apa
marah dia.
Hari ini Ujian Nasional tlah usai.
Dulu aku pernah berpikir, kak Andri menjauhiku karena dia ingin fokus belajar
dulu. Dia ingin konsentrasi. Dia tak mau terganggu oleh apapun. Tetapi apa
boleh buat, sampai sekarang pun kak Andri tak pernah berjalan ke arahku. Aku
pernah berharap kak Andri akan menyapaku, tetapi apa yang aku dapat. Kak Andri
berjalan di sampingku tanpa menengok ke arahku satu kali saja. Hatiku sedih.
Aku ingin menangis. Bila bertemu dengan bidadari surga, aku ingin mencurahkan
rasa sakitku ini kepadanya.
_______________________________________________
“Dara! Aku ingin banget beli
roti bakar
di
toko Sahara itu. Rasanya enak banget”, ajak Mika kepadaku tiba-tiba.
“Hah? Roti bakar? Gak ada yang lain
apa! Aku gak suka. Gak suka banget”, ujarku kesal.
Roti bakar? Itu kan roti kesukaan
kak Andri. Kak Andri juga suka sekali beli di toko itu. Kenapa aku jadi
teringat kak Andri. Rasanya hati ini ingin berontak. Kak Andri tega melukaiku.
Kak Andri tega menyakitiku. Kak Andri tak menganggapku lagi. Cinta yang keluar
dari mulut kak Andri itu hanya omdo belaka tak dari hati dan perasaan yang
paling dalam. Bisa dibilang kak Andri gak punya hati.
“Dara! Ayo...
Temenin aku aja deh kalo kamu gak suka. Masa aku sendirian di sana? Temenin aku
ya ya”, ajak Mika sambil memohon-mohon kepadaku.
“Ia deh, tapi
jangan lama-lama ya”, jawabku pelan dan sebenarnya aku tak mau ada hal yang
menyangkut tentang kak Andri lagi di hadapanku.
Dengan langkah gontai, aku mengantar
Mika ke toko itu. Rasanya kakiku berat tuk melangkah ke tempat itu. Tetapi apa
boleh buat. Aku sayang sahabatku. Aku tak mau dia terluka juga karenaku. Mika
tak boleh tau apa yang sebenarnya aku pikirkan. Karena aku ingin melupakannya
walaupun itu susah sekali tuk aku hadapi. Padahal kini aku tlah berseragam
putih abu-abu. Tetapi rasanya masih terus membekas di lubuk hatiku paling
dalam.
Toko sepi tetapi pintunya masih
terbuka. Aneh. Sepertinya penjual lagi sibuk sampai tokonya dibiarkan begini.
Apa gak khawatir kalau ada maling. Ya siapa tahu ada maling roti bakar. Mika
terus melihat-lihat roti bakar kesukaannya. Ada rasa strawberry, ada rasa
melon, ada rasa coklat, banyak banget deh pokoknya. Emang enak sih tetapi
semua malah membuatku mengingat kejadian 4 tahun silam yang terasa pedih tuk
dijalani. Aku pun kiut berputar-putar melihat roti bakar sambil menunggu si
pemilik toko. Ku tengok keluar tetapi tetap tak datang. Aku pun terhenti saat
kulihat roti keju di sebelah roti bakar. Kayaknya rasanya enak sekali.
Tiba-tiba.....
“Mbak mau beli
roti yang mana? Roti keju apa roti bakar?”, tanyanya dari belakang.
Aku kaget. Aku berpikir itulah si
pemilik toko yang Mika dan aku tunggu dari tadi. Aku langsung berpaling arah.
Wah ternyata si pemilik toko ini bapak yang berjanggut tebal. Agak menyeramkan
juga sih. Orangnya pakai kacamata hitam, bajunya hitam pula.
“Eh Bapak, ni Pak
teman saya yang mau beli roti Pak. Roti bakar Pak”, jawabku sambil
senyum-senyum serta kuberi kode ke Mika karena dia yang ingin beli roti bakar,
ya masa aku yang ngomong.
“Oh kamu yang
mau beli”, bapak itu langsung melihat ke arah Mika.
Mika hanya mengangguk tersenyum. Dan
tiba-tiba bapak tadi melihat ke arahku lagi.
“Kenapa kamu gak
beli Mbak. Ni enak sekali. Kenapa hanya teman kamu yang beli?”, tanya bapak itu
kepadaku.
Aku bingung juga sih. Kenapa si
pemilik toko ini memaksa orang yang berkunjung harus membeli rotinya juga. Ya
masa aku mau bilang gak suka. Aku hanya menjawab dengan senyuman. Bapak itu
tetap memaksaku untuk beli dengan nadanya yang halus dan sedikit agak
menghormati. Aku menyenggol tangan Mika berkali-kali karena aku ingin pergi
dari toko itu. Tetapi Mika tetap serius memilih roti kesukaannya tanpa
memperhatikanku. Mika jadi cuek banget. Dan terkadang mukaku manyun sendiri.
Bapak tadi terus mengikutiku dan memaksaku beli. Sebenarnya hatiku sudah
dongkol banget. Ingin rasanya aku marah-marah dengan beliau. Tetapi kan aku
masih tahu sopan santun. Kesabaran orang tetap ada batasnya. Aku terus menahan
amarahku. Tiba-tiba...........
“Mbak Aisya”,
terdengar suara lirih dari belakang.
Kaget bukan kepalang. Siapa yang
memanggilku Aisya? Siapa? Aku terus melihat-lihat di sekeliling toko. Tetapi
hasilnya nihil. Yang ku tahu hanya Mika dan bapak pemilik toko tadi. Suaranya
suara cowok. Masa bapak itu yang memanggilku Aisya? Beliau mengenalku? Dan
kenapa panggilan itu persis dengan panggilan orang yang selama ini ingin
kulupakan dari kehidupanku.
“Ada apa Mbak
Aisya, namanya Aisya kan?”, tanya bapak pemilik toko tadi.
Aku hanya ternganga tandaku heran
kepada beliau. Perasaan aku belum pernah berkenalan dengan bapak ini. Darimana
dia tahu? Dan kenapa harus Aisya. aku melamun ke mana-mana. Mika yang melihatku
hanya melongo kaget.
Tiba-tiba..............
Bapak pemilik toko mendekatiku
sambil membisikkan sesuatu, “Mbak penasaran?”. Aku benar-benar takut terjadi
sesuatu di luar dugaanku, di luar logikaku. Bapak tadi melepaskan kacamatanya,
dan yang tak kusangka, bapak tadi juga melepaskan janggut tebalnya yang
ternyata itu hanya mainan belaka. Aku, aku, aku benar-benar gak menyangka
“Aisya, masihkah
kau mengenalku?”
Sosok itu sangat terkenal dalam
pikiranku. Sosok kakak OSIS yang kusukai sejak SMP, sejak aku masih menjadi
murid baru. “Kak Andri??”, ujarku bahagia dan ku tersenyum terharu. Tak sengaja
ku teteskan air mata ini. Aku benar-benar rindu walaupun aku pernah
membencinya. Karena sebuah roti bakar, kita bisa bertemu. Mika tersenyum sambil
makan roti bakar kesukaannya. Yummy, katanya.
----------------------------------------------
THE END --------------------------------------------
By : Ihda Afifatun Nuha
1 comments:
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
Post a Comment